Beberapa tahun lalu, saya diminta untuk memberikan tafsiran atas piweling dari eyang canggah Kali yg ditujukan kepada para anak-cucu beliau. Eyang canggah Kali (bapak dari eyang buyut putrinya), berada dalam satu galur keluarga Tjondronegoro, yg dimakamkan di kompleks pemakaman Sedamukti, Kudus. Satu kompleks dgn Eyang Sosrokartono. Saya coba tafsirkan piweling dan pitedah beliau, semoga berguna, setidaknya untuk anak-cucu dan keturunan beliau, termasuk Kali. Syukur juga berguna buat orang lain. Amin…
Sebelum saya mulai, hal yg cukup menarik hati saya dalam 11 kata yang beliau pilih, terdapat keruntutan dan kesinambungan yg penting. Mari kita mulai. Sekali lagi, karena ini adalah tafsir, tentu setiap orang berhak punya penafsiran tersendiri. Hanya saja, untuk memberi tafsir pada hal tertentu, seyogianya seseorang cukup punya kapasitas untuk menafsirkannya, sehingga tidak asal dan manasuka. Kalau sekiranya tafsir saya ada yg kurang tepat, saya akan berterimakasih jika ada kaum cerdik cendekia yang mengoreksinya.
- TOTO. Maknanya: menata atau mengatur. Hidup harus ditata, diatur, dipersiapkan. Tidak boleh sembarangan. Aturan atau paugeran hidup sebaiknya ditaati. Dalam implementasi di dunia modern, penataan juga masuk dalam ranah administratif-manajerial. Sebuah laku agar kita tertib pada kehidupan. Belok sedikit, diluruskan kembali. Yang terlalu pelan, didorong. Yg terlalu cepat, direm. Tanpa penataan dan aturan hidup, manusia menjalaninya tanpa tujuan, tahapan, dan kerja-kerja yg runtut serta berkesinambungan. Kalau dalam ilmu organisasi ada gagasan, breakdown gagasan, perencanaan, perencanaan, eksekusi atau pelaksanaan, dimonitor apakah sdh sesuai rencana atau belum, lalu dievaluasi dan diperbaiki. Begitu seterusnya.
- TITI. Secara harfiah, kata titi ini berarti berhati-hati. Atau cermat. Namun bukan semata-mata berhati-hati dan cermat saja, yakni dalam hal menjalani laku hidup. Tidak sembarangan berbicara dan bertingkah laku. Membuat keputusan apa pun dalam hidup ini, direnungkan dengan mendalam. Apa manfaatnya, apa mudaratnya. Apakah waktunya tepat atau tidak. Tidak boleh grusa-grusu. Menghindari sikap kemrungsung. Semua harus direnungkan baik buruknya, dipikir dengan jernih, lalu dilakukan dengan cermat dan berhati-hati.
- TITIS. Titis itu tepat dan presisi. Tepat dalam banyak hal. Tepat menentukan tujuan. Tepat saat melaksanakan. Sesuai dengan target. Dalam bahasa manejemen, capaiannya terukur baik dari kuantitas, kualitas, maupun timeline. Hidup harus titis. Tahu persis apa yg akan dilakukan. Fokus pada tujuan hidup sehingga tidak mudah dipengaruhi hal lain yang menghambat atau membelokkan tujuan awal.
- TEMEN. Arti mudahnya: bersungguh-sungguh. Sesuatu yang dilakukan dengan sungguh-sungguh saja belum tentu berhasil, apa lagi yang dilakukan tanpa kesungguhan hati. Keseluruhan energi baik fisik, pikiran, maupun batin, dipersatukan untuk bisa mengawal proses kerja atau tujuan hidup kita.
- TETEP. Maknanya punya ketetapan hati. Tidak mudah goyah, dan tahan atas godaan. Ketetapan hati inilah yg sanggup mengawal kerja jangka panjang. Tidak mudah bosan.
- TATAG. Artinya kurang-lebih siap menerima risiko apapun saat menjalani misi hidup ini. Mentalnya tidak mudah menyerah karena banyaknya risiko yg harus dilalui, baik risiko besar maupun kecil. Kuat mentalnya. Berani menghadapi implikasi dari setiap hal yg telah diputuskan. Sekaligus dilambari sesuai pesan Tuhan: Dalam setiap masalah yg timbul, bersama itu pula selalu ada jalan/solusi.
- TATAS. Artinya tuntas. Ketika mengerjakan tugas harus dengan komitmen sampai tuntas tidak meninggalkan masalah. Jangan memberi jebakan pada diri sendiri dgn tidak menuntaskan tugas di setiap tahapan hidup. Sebab tugas yg tak tuntas, bisa menimbulkan masalah bagi orang lain, dan bagi diri sendiri di kemudian hari.
- TUTUG. Artinya sampai atau selesai. Jangan sampai kalau lelah, lalu beristirahat, membuat kita justru menikmati istirahat lalu membuat perjalanan kita tidak sampai. Filosofi istirahat itu, ketika kita sedang berjalan ke suatu tempat atau mengerjakan sesuatu, kita lelah. Butuh waktu untuk mengembalikan energi dan kebugaran baik fisik maupun pikiran. Tapi istirahat jg sering jadi masalah, karena sudah merasakan enaknya istirahat, dan mules membayangkan kalau mesti berjalan dan bekerja lagi. Akhirnya berhenti selamanya di tempat peristirahatan. Itu namanya tidak tutug dalam menunaikan tugas kehidupan.
- TJUKUP. (dalam ejaan sekarang ‘cukup’). Bermakna: Hidup harus merasa cukup. Tidak boleh merasa kurang. Karena merasa kurang dalam hidup berarti tidak mensyukuri kehidupan. Tidak mensyukuri kehidupan berarti tidak berterimakasih kpd Sang Pemberi Kehidupan. Itu kesalahan yg fatal dalam menjalani hidup ini. Banyak kejahatan di dunia ini terjadi karena orang merasa tidak cukup. Hidupnya selalu dalam bayang-bayang keberhasilan orang lain. Padahal setiap orang itu punya tugas kehidupan masing-masing. Dengan ilmu cukup, kita juga tidak mudah stres dalam menjalani hidup ini.
- TARIMO. Maknanya kurang-lebih: menerima. Menerima atas segala hal yang terjadi di kehidupan sebagai bagian dari perjalanan hidup itu sendiri. Kadang bungah, kadang susah. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang semua hal rasanya mudah, kadang semua hal rasanya sulit. Begitulah hidup ini. Semua harus diterima dengan lapang dada dan kebesaran jiwa.
- TENTREM. Maksudnya kira-kira ya tenteram. Menarik sekali nasihat ini, karena kata ‘tentrem’ ini diletakkan di bagian akhir. Sementara kata ‘toto’ di bagian awal. Ketika semua sudah ditata, diatur, direncanakan, lalu tahap-tahap lain dijalani, kita akan (harus tiba) pada rasa tenteram. Damai. Semua hal hanya berisi ketenangan hati. Kena cobaan apapun akan tenang. Dapat kesenangan apapun juga tenang. Itu ciri orang yg tenteram dalam hidupnya. Hidup yg sudah nyawiji dgn kehendak Tuhan. Sadar sebagai makhluk. Sekaligus penuh rasa syukur.
Demikian tafsir saya atas pesan Eyang Canggah Mas Kali yang bernama KRMTA Poornomo Hadiningrat. Semoga berguna. Kalau ada kekeliruan, saya minta maaf 🙏