Rasanya belum lama, Agus Mulyadi ke mana-mana hanya bersandal jepit. Dia bahkan beberapa kali tidak boleh masuk ke gedung acara padahal dia salah satu narasumbernya. Salah satu persoalannya tentu saja dia memakai sandal jepit. Dia juga sering memakai celana batik gombyor dan celana training. Tentu itu paduan busana yang menjerit.
Tapi itu dulu. Pemred Mojok sekarang ini tampilannya sangat mbois. Dia selalu memakai sepatu kets. Bahkan kadang pergi salat Jumat ke masjid pun sepaton. Dia juga sudah mengenakan celana jins. Tasnya juga keren dan sering ganti disesuaikan dengan busananya yang lain. Koleksi jam tangannya pun hampir bertambah setiap bulan. Di dalam tasnya selalu ada kamera mirrorless dan laptop apel kerowak. Pendek kata, Agus Mulyadi sekarang selalu tampil trendi.
Tempat nongkrongnya pun beda. Dua hari sekali, dia selalu menyempatkan menonton film. Seminggu dua kali dia nongkrong di kafe dengan yang menyajikan pertunjukan musik. Setiap sore atau malam, saat mengerjakan pekerjaan, dia duduk manis di salah satu kedai kopi yang bertebaran di Yogya.
Jadwalnya jadi pembicara pun hampir tak pernah sepi. Seminggu minimal tiga kali dia mengisi berbagai seminar.
Sebagai kawan, tentu saja saya ikut bangga dengan apa yang terjadi di Agus. Dia pemred Mojok, punya bisnis jualan buku onlen yang berkembang pesat, dan jadi pembicara penting di berbagai forum. Bahkan kini dia kuliah lagi. Sesibuk-sibuknya Agus, dia masih menyempatkan diri mencari ilmu. Tahu kalau dia tidak mungkin bisa mendisiplinkan diri karena aktivitasnya, dia ambil cara mencari ilmu yang formal: kuliah.
Beberapa hari lalu, setelah agak lama tak punya kesempatan ngopi berdua dengannya, saking sibuknya dia, iseng saya bertanya, “Nek wis sukses aja lali rabi, Gus. Ingat, salah satu tujuanmu dulu ingin maju karena gek ben ndang isa rabi.”
Di luar dugaan saya, Agus tercenung. Sepasang matanya mendadak berkaca-kaca. Saya jadi merasa agak bersalah. “Ngapa je, Gus?”
Dia menjawab pelan, “Aku kok saiki mudah tergoda ya, Mas…”
Mendadak hujan turun deras. Spontan Agus melompat menuju parkiran untuk mengamankan helmnya.
Tamat