Teman-teman yang baik… tanggal 20 Maret nanti, Warung Mas Kali (WMK) menginjak usia 1 tahun. Di pagi ini, saya memutuskan bahwa WMK akan tutup untuk selamanya pada tanggal 18 Maret 2015.
Keputusan ini sudah didasarkan atas banyak pertimbangan. Tentu saja pertimbangan yang paling dominan adalah pertimbangan ekonomi. WMK gagal dalam mewujudkan dirinya sebagai sebuah bisnis yang sehat.
Bukan kali ini saja saya gagal dalam bisnis. Tahun lalu, saya juga membekukan sebuah usaha penerbitan saya karena pihak distributor melakukan gagal bayar sehingga perputaran bisnis tersebut menjadi tidak sehat lagi.
Kegagalan bisnis pertama saya terjadi di tahun 2000. Waktu itu, saya bersama para sahabat saya Bayu Kusuma, Agung Nugroho dan almarhum Jadek (lihat catatan saya tentang almarhum dalam 9 seri di www.puthutea.com) membuat bisnis EO. Tiga kali mengadakan kegiatan, kami sukses berat. Lalu kami membuat keputusan berani untuk menanggap Slank tanpa sponsor utama. Ternyata kami keliru mengambil keputusan di dalam sistem pintu dan keamanan. Pintu jebol. Pentas ramai sekali. Tapi kami bangkrut total.
Tahun 2008, saya dan sahabat saya Faiz Ahsoul juga membuat warung, dan hanya mampu bertahan 8 bulan. Tutup. Masih ada sekian bisnis lagi yang saya lakukan dan gagal.
Banyak orang bilang bahwa gagal itu kesuksesan yang tertunda. Tapi itu hanya ada di dalam pepatah. Setiap kali saya gagal, ada perasaan marah dan kesal di diri saya sendiri. Juga rasa traumatik. Untuk sekian bulan saya tidak mau membicarakan hal itu. Kalau teringat kegagalan tersebut rasanya menyakitkan.
Biasanya itu berlangsung cukup lama. Bisa berbilang bulan, bisa berbilang tahun. Tapi pada akhirnya, saya selalu kembali melakukan aktivitas bisnis. Apa saja. Asal halal.
Bisnis atau melakukan wirausaha, saya anggap salah satu cara yang mengakomodasi sekian karakter saya: kreativitas, inisiatif, dan keberanian mengambil risiko. Sebab tidak banyak orang misalnya, yang punya uang 100 juta atau 200 juta, lebih memilih berbisnis dengan risiko semua uangnya habis. Banyak yang lebih memilih menyimpannya di dalam bank. Tentu ini bukan salah atau benar. Ini soal pilihan.
Dari sekian hal yang melekat di dalam bisnis, ada satu hal yang paling saya sukai: keberanian memutuskan sesuatu dalam tempo cepat. Kemudian mempelajari risiko dari keputusan itu, baik risiko kecil maupun risiko besar.
Saya secara pribadi masih sangat tertarik dengan bisnis kuliner dan sedang menjajaki kerjasama dengan beberapa pihak. Bisnis kuliner punya tantangan tersendiri, selain saya memang suka makanan dan minuman. Saya ingin kebas dari rasa gagal. Saya ingin seperti banyak orang hebat, menempa diri dengan bangkit di kali delapan ketika jatuh tujuh kali. Bangkit di kali dua puluh ketika jatuh sembilan belas kali.
Saya ingin suatu saat ketika gagal hanya tersenyum. Dan itu semua hanya bisa dilakukan dengan memperbanyak peristiwa kegagalan. Bagi saya, sukses bisnis adalah soal jatah urutan. Misal jatah saya sukses di urutan kesepuluh. Sembilan kali sebelumnya adalah kegagalan. Setiap saya melakukan sesuatu dan gagal maka saya sedang mendekati urutan itu. Sayang sekali kalau sudah gagal sembilan kali dan tinggal satu kali lagi tapi stok nyali pas sudah putus.
Satu lagi saya punya prinsip, lebih baik saya menyesali sesuatu yang sudah saya lakukan ketimbang saya menyesal tidak melakukan hal itu.
Dan pagi ini, dengan lapang dada, saya menyatakan WMK gagal. Saya adalah satu-satunya orang yang paling bertanggungjawab atas kegagalan itu. Untuk teman-teman yang mungkin ingin melakukan nostalgia dengan WMK, masih bisa melakukannya sampai tanggal 18 Maret.
Dalam perjalanan WMK, saya dibantu banyak oleh orang-orang baik. Kepada mereka saya ucapkan terimakasih yang tulus dan dalam: Diajeng Paramita Rahung Nasution Jon Priadi Barajo Arlian Buana Nody Arizona Wisnu Prasetya Utomo Khoirul Siregar Muammar Fikrie Rifqi Muhammad Toni Heru Sudigdo Danu Saputra Zulfikar Adityawarman dan masih banyak yang lain.
Kalau di saat ini Anda juga sedang gagal, bacalah tulisan ini.