Ada dua perupa yang kebetulan saya kenal, dan saya mengagumi karya keduanya: almarhum S Teddy D dan Ugo Untoro.
Almarhum Teddy adalah perupa yang selalu sibuk dengan bahan. Setiap saat, sebagian keresahan kreatifnya ada pada bahan. Dia sibuk berminggu-minggu menekuni logam tertentu, bentuk kacang tanah, mainan mobil-mobilan, dll. Hal yang tampak sederhana bagi banyak orang, tidak pernah sederhana bagi dia. Sementara Ugo, hampir setiap hari, menyempatkan diri membuat garis dan sketsa. Bayangkan, perupa sekaliber Ugo, masih menyempatkan diri terus untuk mematangkan kreativitasnya dengan berlembar-lembar kertas.
Mereka berdua, menurut saya, juga sudah sampai pada taraf pemikir senirupa. Memang mungkin artikulasi pemikirannya belum terstruktur dan tertulis dengan baik. Sebab mereka bukan penulis. Tapi mereka membaca, merenung, menikmati dan mengapresiasi karya-karya perupa lain dengan cermat. Mereka memikirkan banyak hal tentang senirupa, dan itu hanya bisa kita ketahui betapa dalam pemikiran mereka kalau sedang ngobrol santai.
Penulis pun seperti itu. Idealnya, saban waktu terus memperkaya bahan tulisan. Memperluas cakrawala pengetahuan. Sekaligus tidak lupa untuk terus berlatih. Anda pernah belajar beladiri? Berminggu-minggu mungkin hanya diajari berlari, push up, sit up, memasang kuda-kuda. Berbulan-bulan hanya berlatih memukul dan menendang. Itu-itu saja. Baru kemudian pelan-pelan diajari jurus. Sewaktu Anda bertanding, atau berkelahi, Anda lupa teori tendangan dan pukulan, bahkan lupa jurus itu sendiri. Tapi tendangan, pukulan, jurus, sudah menyatu dalam diri Anda menjadi refleks dan intuisi. Semua bergerak seakan spontan.
Menulis juga begitu. Kalau terus memahami bahwa setiap pengalaman adalah bahan, setiap bacaan adalah bahan, setiap menyaksikan sesuatu adalah bahan, dan juga berlatih saban hari, begitu harus bertanding dengan tantangan dan problem menulis, maka semua sudah tak perlu lagi pakai teori. Sudah menyatu dalam diri Anda. Tak perlu lagi mikir banyak soal bagaimana menyajikan narasi, membangun karakter tokoh, menciptakan rasa bahasa. Semua terasa seperti alamiah dan spontan. Lebur.