Seorang pemuda, anak kiai kampung, dapat beasiswa kuliah di luar negeri. Begitu lulus lalu pulang, dia menghadap bapaknya dengan gugup. Dia mengaku kalau sudah punya pacar dan siap menikah.
“Lha bagus kalau cepat menikah…” jawab Bapaknya rileks sambil ngudud.
“Tapi, Pak…”
“Tapi kenapa?”
“Pacar saya…”
“Pacarmu kenapa?”
“Pacar saya kan bule…”
“Lha bule kan juga umat manusia. Bikinan Allah juga…”
“Tapi dia Yahudi, Pak…” seketika usai mengucapkan hal itu, pemuda itu menundukkan kepalanya.
Suasana seketika hening. Agak mirip mencekam.
Si Bapak kemudian mendadak berseru. “Alhamdulillaaah! Gak apa-apa, Leee! Yahudi gak apa-apa, yang penting bukan Muhammadiyah!”
Cerita seperti di atas, jadi cerita pasaran di kalangan mahasiswa terutama kawan-kawan saya yang bergiat di PMII. Tapi ada versi ‘balasannya’. Tentu saja dari kubu teman-teman saya penggilut persyarikatan Muhammadiyah.
Seorang anak muda pergi ke Yogya hendak meneruskan kuliah. Dia mendaftar UGM tapi tidak lolos. Kemudian mendaftar ke UNY juga tidak lolos. Akhirnya dia menelepon bapaknya di kampung. Bapaknya berpesan: Boleh kuliah di mana saja asal bukan di Universitas Muhammadiyah.
Beberapa hari kemudian, anak muda itu menelepon bapaknya lagi. “Pak, saya sudah diterimaaa!”
“Tapi bukan universitas Muhammadiyah kan?” Bapaknya memastikan.
“Nggak, Pak! Aku diterima di Universitas Ahmad Dahlan!”
“Alhamdulillah!” Mndengar itu, si bapak langsung sujud syukur.
Tentu kisah-kisah seperti itu menjadi karet elastis yang membentengi dua lembaga ini. Tabrakannya bisa keras, bisa lunak, tapi masyarakat dan anggotanya bisa membentengi dengan jenaka. Gus Dur paling ahli soal itu.
Kalau di sekitar saya, ada dua anak muda penjual buku onlen. Sebut saja namanya: Akal Buku. Akal adalah akronim dari Agus dan Kalis. Agus merupakan anggota jamaah tabligh, dan Kalis merupakan NU jekek.
Mereka berdua berhasil mengumpulkan pundi-pundi keuntungan dari jualan buku, terutama menjual karya-karya almarhum Kuntowijoyo. Berarti ada kontribusi orang Muhammadiyah dalam kehidupan ekonomi orang NU dan Jamaah Tabligh. Indahnya keragaman kita…