Bagi para pencinta dan pembaca buku, nama toko buku onlen ‘Berdikari Book’ tentu sudah tidak asing lagi. Toko buku yang digawangi Dana (28 tahun) ini merupakan salah satu toko buku onlen besar di Indonesia.
Prejengan Dana dari dulu tidak berubah. Berkaos hitam, bercelana pendek, jam tangan mungil, topi dengan bintang merah, dan tampak malu-malu kalau bicara kalau bicara dengan orang yang belum dikenalnya. Tapi di tangannya, juga puluhan bahkan ratusan toko buku onlen di Indonesia, sebagian nasib dunia buku diserahkan.\
Dana memulai bisnis buku dari hal yang agak memalukan. Dia banyak menjual buku-buku bajakan. Tapi begitu menyadari kalau pembajakan bisa menghambat dinamika industri buku di Indonesia, dia ubah kendali 180 derajat. Dia berburu buku-buku asli dan yang dianggapnya berkualitas. Dunia onlen digebernya. Mulai dari memaksimalkan Facebook, Twitter, hingga merambah IG dan Line. Situsweb Berdikari pun dibangun. Dan tak tanggung-tanggung, dia membuat aplikasi untuk toko buku yang kini punya 10 karyawan tersebut.
Ada yang agak unik di Berdikari. Dana bekerjasama dengan orang yang tak dikenalnya untuk membangun situsweb dan aplikasi Berdikari. “Saya belum pernah ketemu orangnya, Mas. Padahal sudah bertahun-tahun bekerjasama. Dia ngakunya orang Yogya, tapi kalau diajak bertemu selalu gak mau. Tapi kerjasama kami baik-baik saja. Dulu saya sering ketipu sama developer aplikasi. Lebih baik kayak ginu. Gak pernah ketipu sekalipun tak pernah bertemu.”
Berdikari sekarang ini menjual buku lebih dari 2000 judul buku. Mulai dari buku-buku terbitan Gramedia, Mizan, sampai Buku Mojok. Semua ada. “Target kami sebelum pertengan tahun ada 2.500 judul dan akhir tahun bisa 4.000 judul.”
Kantor Berdikari masih asri. Tembok rumah dihias mural menawan. Mereka punya perpustakaan dan kedai kopi kecil. Orang yang datang ke Berdikari tidak harus membeli buku. Silakan membaca buku di perpustakaan tapi tak boleh dipinjam dan dibawa pulang.
Ke depan, menurut Dana, para pelaku dunia buku tidak bisa lagi pakai kacamata kuda. Harus berkolaborasi dengan dunia kreatif lain: musik, fesyen, senirupa, kuliner, dll. “Era sinergi bukan hanya slogan. Tapi keniscayaan.”