Salah satu guru kehidupan saya berpesan kurang-lebih begini: Kalau kamu dalam kondisi berlebihan, tidak boleh kehilangan sikap kewaspadaan. Persiapkan diri menghadapi situasi buruk. Bahkan terburuk.
Saya, mungkin juga Anda, mengalami sirkus hidup bak roller coaster. Meliuk. Menanjak. Menurun. Dalam hal apapun, ekonomi, kesejahteraan, emosi, kesehatan, dll. Dan biasanya kita sering kehilangan kewaspadaan. Saat hidup enak, lupa menabung, lupa mengontrol makanan, lupa diri, dll. Tahu-tahu begitu ada jeglongan dalam hidup ini, syok. Stres. Kehilangan spirit hidup.
Kewaspadaan dan nyali tahan banting memang tidak mudah didapat. Karena sikap manusia itu pada dasarnya memang mudah lupa diri dan terlena. Juga ujub.
Kalau kata Gus Baha’, hidup ini ruwet karena kita sering terlalu berani berangan-angan. Punya uang 100 ribu dianggap sedikit karena berpikir masih akan hidup lama. Padahal siapa yang menjamin? Maka cara mempermudahnya, ya disyukuri saja, masih cukup untuk hari ini.
Tapi cara berpikir orang alim seperti Gus Baha’ pasti susah dikerjakan. Mungkin yang bisa dilakukan adalah melatih bahwa kapanpun, kita akan tiba-tiba di titik terendah kehidupan. Dan dalam keadaan seperti itu, apa hal yang paling mungkin kita lakukan untuk bertahan dan terus berjalan.
Sokur menghikmati, pada itu semua, kanvas hidup diberi cat warna-warni. Kehidupan ini keras, tapi kita mesti terus berjalan untuk melatih tulang-tulang mental kita. Cobaan boleh berat, asal otot dan tulang kita makin hari makin liat dan kokoh.