Beberapa hari lalu, sebuah naskah lama telah saya temukan. Naskah itu istimewa bagi saya. Mungkin itu naskah terakhir yang saya tulis dengan gaya liris-romantis.
Naskah itu kemudian saya kirim ke @shiramedia untuk diterbitkan, dengan syarat pihak penerbit bersedia menerbitkan dengan format terbaik, full color, dan disentuh secara artistik luar dalam. Saya ingin naskah itu menjadi semacam ‘art book’, yang bisa dinikmati oleh baik dari sisi tulisan maupun visualnya.
Pihak penerbit lalu menggandeng sebuah perusahaan kreatif yang berisi anak-anak muda di bawah komando @tomi_wibisono. Konon, kata Tomi sentuhan artistiknya akan membuat saya dan pembaca puas. Saya percaya saya. Karena dia pernah bikin ilustrasi yang ada di foto ini untuk saya.
Naskah itu belum ada judulnya. Karena sejak dulu lenyap belum sempat diberi judul. Tentang sebuah perjalanan seorang diri yang sunyi.
Kata pihak Tomi, Januari nanti semua visual kelar. Saya tak tahu persis turun cetaknya kapan. Biasanya saya jarang menunggu kapan buku saya turun cetak. Karena saya tak pernah berpikir banyak soal bagaimana buku dicetak. Saya hanya memikirkan bagaimana saya menulis. Kali ini, saya memikirkannya. Mungkin karena itu tadi: terasa istimewa, setidaknya bagi saya.