Kalau ibu saya sedang berkunjung ke Yogya, pagi begini saya menemaninya di dapur mungil keluarga kami. Ibu mencuci piring dan gelas, lalu menyiapkan sarapan buat kami. Sementara saya menikmati secangkir kopi sambil udud.
Kami berbincang. Tentang kampung halaman. Tentang teman-teman saya. Tentang pembangunan masjid. Tentang guru-guru saya waktu SD dan SMP. Tentang banyak hal yang tidak saya ikuti.
Lalu obrolan beralih ke Kali. Sudah dua bulan ini, Kali punya kebiasaan baru. Dia minta saya bercerita. “Bapak, ayo cerita-cerita Bapak kecil, yuk!”
Maksudnya adalah saya diminta bercerita dengan subjek saya dan menceritakan masa kecil saya kepadanya. Tentu tidak semua cerita bisa saya kisahkan. Hanya yang sederhana dan mudah dimengerti pula. Saya sesuaikan dengan pemahaman anak yang usianya belum ngancik 4 tahun itu.
Sekali berkisah bisa 5 cerita. Kalau sehari Kali minta 3 kali, itu artinya ada 15 cerita. Butuh kreativitas tentu saja.
Ketika simbah putrinya datang, sengaja saya lemparkan tanggungjawab itu ke dia. “Kali, Ati Endah (begitu Kali memanggil simbah putrinya) punya banyak cerita…”
Mulailah Kali selalu meminta simbah putrinya bercerita. Beruntung, simbah putrinya punya pengalaman lama menjadi guru dan punya pengalaman mempunyai anak seperti saya, yang katanya sejak kecil juga selalu minta didongengi. “Kalau tidak didongengi, kamu menangis. Kalau dongengnya diulang, kamu protes…”
Kali masih belum protes kalau cerita yang saya kisahkan diulang. Jadi mulai pagi ini, saya harus bersiap dengan stok kisah yang melimpah…