– surat untuk pemenang lomba blog Mojok: Aditia Purnomo
Dit, tidak ada yang lebih mengagetkanku pagi ini ketika kamu menang lomba blog Mojok. Aku pikir itu cuma becandaan teman-temanmu belaka. Tapi barusan aku baca pengumuman juri di blog Mojok dan memang benar kamulah pemenangnya.
Kamu ingin tahu apa yang ada di kepalaku seketika usai membaca pertanggungjawaban para juri dan sekaligus kemudian berselancar sampai bosan di blogmu yang sebelumnya aku tidak tahu itu?
Sungguh, alangkah ngerinya perkembangan penulisan kreatif negeri ini. Kalau ukuran tulisan jelek mazab konyol adalah tulisan Pandji dan Raditya Dika, sementara ukuran tulisan bagus di mazab itu ditempati oleh Iqbal Aji Daryono, Agus mulyadi dan Arman Dhani, maka aku tidak pernah bisa melihat di mana mesti menempatkan tulisanmu dalam rentang kualitas orang-orang itu. Bagiku, tulisan-tulisanmu di blog itu: “jelek saja belum”.
Tulisan jelek itu bisa dinilai. Nilainya: jelek. Kalau tulisan jelek saja belum, ya tidak bisa dinilai.
Aku tidak pernah tahu bagaimana pertimbangan dewan juri yang sangat terhormat itu. Memang kadang-kadang Gusti Allah menciptakan beberapa model manusia yang pintar dalam ketrampilan tertentu tapi tidak otomatis lihai dalam menilai.
Tapi ada juga kemungkinan yang lain: Sejumlah blog yang ikut bersaing memang di bawah kualitas tulisan-tulisanmu. Kalau itu yang terjadi, alangkah makin ngerinya negeri yang sedang gegeran gak jelas ini.
Kamu mungkin akan tidak suka dengan tulisan statusku ini. Tapi coba kamu cari penulis di seluruh negeri ini yang bisa menunjukkan di mana letak bagusnya tulisan-tulisanmu yang serba nanggung itu.
Menurut Pemred Mojok, tulisanmu termasuk sering ditolak olehnya. Sekaligus ini mengingatkan ke penulis-penulis lain bahwa saya tidak berhubungan langsung dengan tulisan-tulisan yang dimuat Mojok. Sebab masih banyak orang yang berkabar, “Mas, saya barusan kirim tulisan ke Mojok.” Batin saya: password email Mojok saja saya tidak tahu…
Balik ke Pemred Mojok yang sering menolak tulisanmu. Sekali saja tulisanmu dimuat Mojok, kalau tidak salah tentang Gerrard yang mau hengkang dari Liverpool. Penolakan Pemred Mojok mungkin tidak akan menyakitkanmu sebab hatimu sudah telanjur kebas karena keseringan ditolak gebetanmu.
Tapi mungkin justru di situ kelebihan dan potensimu. Ngotot. Tulisan tidak dimuat ya bikin lagi, kirim lagi. Begitu seterusnya. Sama seperti kamu tak jemu-jemunya menemukan gebetan baru ketika seminggu sebelumnya ditolak gebetan lamamu. Asmara seperti halnya menulis dan bikin arca, dia butuh ketekunan yang paripurna.
Tapi itu soal mental. Dewan juri kan tidak menilai kadar mentalmu sebab kadar mental itu urusan: Gusti Allah, Guru BP dan BK, serta Pak Jokowi. Jelas sekali yang dinilai para juri adalah tulisanmu. Titik.
Tapi sudahlah, keputusan juri tidak dapat diganggu gugat. Tapi boleh disindir. Masak hanya PDIP saja yang boleh menyindir Tim Independen?
Dit, semoga kamu cepat berbenah. Benahi lagi blog-mu. Kalau tidak, itu hanya semata seperti galon isi ulang. Bentuknya, isinya, itu-itu saja, dan kita terus meminumnya. Aku tahu kamu bisa berbenah sebab jauh di palung mentalmu sudah tertanam kekuatan mantra: gebetan isi ulang.
Kamu tahu akan ditolak berkali-kali. Tapi kamu selalu ngotot. Persis seperti Liverpool. Pokoknya bertanding, gak juara gak apa-apa daripada bingung mau main apa.
Jangan lupa sedekahkan sebagian uang kemenanganmu… tapi hentikanlah imajinas brutalmu kalau menang Mojok Award terus bisa mudah dapat pacar. Percayalah kepadaku.