Kali punya dua dokter. Dokter pertama kami datangi kalau Kali sakit atau mau imunisasi. Dokter kedua lebih tepat semacam pemberi opini kedua. Keduanya perempuan.
Keduanya sangat baik. Dokter pertama ini lah yang di status saya dulu pernah geregetan dengan kampanye serampangan agar orang tidak mengkonsumsi garam dan gula. Kesehatan orang itu berbeda-beda. Untuk mengetahui apakah seseorang harus menjauhi garam dan gula tidak bisa dilakukan sembarangan karena kedua zat itu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sungguh dia sangat senewen.
Dokter kedua seorang profesor yang sangat disegani di Yogya. Hidupnya nyaris diabdikan untuk penelitian. Saya dan keluarga bersyukur mengenalnya karena ada banyak sekali yang kami diskusikan soal kesehatan. Dari dia saya tahu perkembangan ilmu medis terutama soal penyakit anak dan imunisasi. Dia selalu memaparkan dengan runtut bagaimana perkembangan penyakit dan obat. Teemasuk imunisasi. Dia sering mencontohkan bagaimana penelitian yang diketahui publik sudah tidak mutakhir lagi karena ternyata sudah ada penelitian terbaru. Dan lebih sial lagi, banyak dokter yang juga tidak memutakhirkan pengetahuan mereka sehingga yang terjadi adalah pengetahuan lama yang terus diulang padahal sudah tidak relevan.
Kami lebih sering ngobrol daripada memeriksakan anak. Hanya sayang, dia sangat sibuk sehingga mestinya kami bisa bertemu sebulan sekali, kadang yang terjadi 3 bulan sekali.
Sepulang dari Dokter kedua itu, biasanya saya dan istri saya selalu terlibat diskusi sepanjang perjalanan bahkan sampai di rumah pun karena masih penasaran, kami mencari tema yang kami obrolkan via dunia maya.
Soal pemutakhiran penelitian memang menyedihkan. Sekali lagi saya harus mengambil contoh rokok. Penelitian tentang perokok pasif sudah sejak lama dibatalkan karena tidak terbukti. Makin ke sini, makin banyak penelitian yang menyatakan tidak ada relevansi antara penyakit dengan apa yang disebut “perokok pasif”. Bahkan istilah perokok pasif itu pun sudah tidak relevan karena tidak ada konteksnya. Beberapa jurnal kesehatan yang dulu memuat penelitian perokok pasif juga sudah memuat penelitian termutakhir untuk merevisi penelitian lama.
Tapi kenyataannya, tema perokok pasif sampai sekarang masih dipakai untuk kampanye apapun. Tentu silakan saja kalau mau kampanye antirokok. Sebagaimana silakan kampanye tidak makan anjing dan babi. Tapi mbok ya pakai penelitian yang relevan. Bukan yang sudah kadaluwarsa. Sialnya, ya masih banyak yang percaya karena kita tidak dibiasakan memutakhirkan pengetahuan. Padahal yang namanya riset memang harus selalu dicari ulang dan dimutakhirkan. Kalau tidak namanya menjadi dogma.
Sayang jika saya ngomong begitu pasti diserang karena dianggap pembela rokok. Masalahnya, kalau anda perhatian, revisi penelitian kesehatan sering dilakukan. Banyak sekali yang direvisi. Bukan hanya perokok pasif, revisi yang paling banyak terjadi ada di seputar ganja, kopi dan teh.
Saya juga sejak dulu termasuk geram dengan kampanye tidak makan nasi. Kampanye itu terlalu gegabah. Periksakan dulu kesehatan Anda baru kemudian memutuskan apakah tubuh Anda rentan terhadap nasi atau tidak.
Kecuali Anda termasuk klub anut grubyuk. Apapun yang dibilang orang, langsung percaya.