Saya, seperti halnya tokoh yang paling saya kagumi, Vito Corleone, punya perasaan yang sentimentil terhadap keluarga saya. Apalagi kepada anak saya: Kali. Saya kerap membuntutinya jika ia sendirian. Hanya sekadar ingin tahu, apa yang dilakukannya. Dan kadang-kadang mematut-matut diri, apakah yang ia lakukan merupakan karakter yang diwariskan dari saya.
Kali sering bangun dini hari ketika saya menonton sepakbola. Tiba-tiba ia langsung duduk di samping saya sambil ikut menonton. Kalau ia tahu saya mau pergi malam hari, ia bangun. Minta ikut naik vespa, memutari kompleks perumahan, baru mau ditinggal pergi.
Dan acap kali begini. Ia menyantap dengan lahap makanan yang sangat saya sukai: tempe. Bahkan kadang ia mengambil sendiri dari meja makan. Apa yang dilakukan Kali pasti sama dengan apa yang dilakukan anak-anak seusianya. Namun karena saya bapaknya, maka saya sering merasa terharu. Mungkin sama dengan apa yang dirasakan oleh Vito setiap kali melihat Santino dan anak-anaknya yang lain pada saat bermain.
Buku ini merekam interaksi seorang bapak dengan anak laki-lakinya. Banyak kisah jenaka, ada juga kisah yang mengaduk perasaan. Dari situ kita tahu, dalam relasi bapak-anak, bukan hanya anak yang belajar dari bapak, juga sebaliknya.
Buku Dunia Kali dapat diunduh di