Ramadan kali ini istimewa bagi Bagor. Ingat Bagor, kan? Ya, kawan saya yang punya karier bagus di sebuah perusahaan BUMN itu…
Sudah hampir 20 tahun dia tidak menjalankan ibadah puasa. Terakhir, dia puasa saat dikejar-kejar tentara karena dianggap ikut peristiwa Kudatuli 1996, lalu keluarga besarnya yang kebetulan adalah orang-orang Muhammadiyah tulen itu mengungsikan Bagor ke sebuah pesantren di Pacitan. Saat di pesantren itulah, dia berpuasa. Setelah kemudian balik lagi karena harus memenuhi undangan Kodim, lalu kena wajib lapor seminggu sekali, Bagor kembali menekuni kuliah di UGM. Semenjak itu pula dia tak pernah berpuasa.
Bagi orang-orang di sekitarnya, juga keluarga besarnya, Bagor dianggap orang sukses. Masih berumur 40 tahun. Lulusan universitas ternama di luar negeri. Kariernya melejit. Hartanya berlimpah. Tapi bagi kedua orangtuanya, Bagor masih punya kelemahan: dia jarang sekali salat, dan tak pernah lagi menjalankan puasa Ramadan.
Ramadan kali ini beda. Kemarin, Bagor mengundang kedua orangtuanya datang naik pesawat terbang dari Yogya ke Jakarta dengan penerbangan kelas bisnis. Semalam, dia memimpin salat tarawih. Dan barusan, dia memimpin makan malam berbuka puasa.
Kedua orangtuanya sampai menitikkan airmata. Bagor yang dulu sudah kembali. Bagor yang ketika duduk di bangku SMA sangat akrab dengan masjid dan menjadi ketua remaja masjid.
Hanya Irma, istrinya yang agak kikuk. Perubahan Bagor dari tak pernah berpuasa menjadi berpuasa, agak ganjil. Tapi Irma memaklumi. Hanya butuh penyesuaian saja.
Ini adalah makan malam terenak yang pernah dirasakan oleh kedua orangtua Bagor. Kembali makan bersama Si Anak Saleh di saat berbuka puasa.
“Ayo, Buk, nambah…” ujar Bagor sambil telap-telep makan karena kelaparan. Maklum hampir 20 tahun tak pernah berpuasa.
“Iya, Nak. Ini daging asapnya enak sekali…” sahut ibunya sambil tersenyum bahagia.
“Itu babi panggang paling enak se-mBintaro, Buk… Ayo Pak, Buk, tambah lagi!”
Mendadak suasana jadi tintrim. Muka kedua orangtua Bagor tegang. Makanan mereka seperti nyangkut di tenggorokan. Sementara Bagor tidak menyadari apa yang terjadi. Dia terus mengunyah dan mengunyah…
Irma langsung lari ke lantai dua. Masuk ke dalam kamar. Tak kuat menahan tawa.