Hari ini, lagi-lagi Kali tidak sekolah. Tapi kali ini bukan karena mberot, memang kami bertiga kecapekan setelah kemarin mengikuti agenda padat membereskan beberapa hal.
Tadi siang, saya mengajak Kali dan ibunya makan siang di warung pecel yang menggofa hati: warung pecel sambal tumpang kediri. Wooohooo… Sambel tumpang tentu sudah banyak yang tahu ya. Tapi nama Kediri yang dilekati pecel tampaknya belum sekuat Madiun.
Habis azan Dhuhur bablas kami ber-Nmax ria. Wuuuuusssssh! Daaaaan…. warung itu tutup sodara-sodara! Akhirnya kami putuskan ke warung pecel Semanggi langganan keluarga kami. Warung itu pernah saya review di Facebook, tapi baru siang ini tadi saya sempat ngobrol sama Mas Andiko si pemiliknya. Informasi tentang warung itu, nanti bisa Anda simak di IG dan Facebook saya, dan akan didokumentasikan di blog pribadi.
Pulang dari pecel Semanggi, hujan turun deras. Saya menawari Kali: “Nunggu hujan reda atau kita hujan-hujanan, Nak?” Tentu saja Kali memilih hujan-hujan ria. Saya kemudian menawari Diajeng memesan Gocar. Tapi dia menolak.
Walhasil, kami berhujan-hujanan sepanjang jalan. Belum puas juga, akhirnya muter-muter di perumahan.
Sebelum hujan pergi, cobalah berhujan-hujanan, Luuur. Hanya hujan yang pintar membawa kenangan. Buktikan. Dan saya berharap Kali akan mengenangnya hingga kelak.