Pukul 02.15 dini hari. Kali belum tidur. Dia masih minta ditemani main lego. Kemudian dia berbisik, “Pak, Ibuk sudah tidur belum?”
Saya yang masih nonton Youtube lewat hape, meliriknya. Saya paham apa maksud bocah itu. “Sudah.”
Kali kemudian berjingkat masuk kamar ibunya. Apalagi selain mau mengambil tab kesukaannya? Gajet itu ada di kamar ibunya, dan Kali tahu di mana tempat diletakkannya. Saya mendengar suara dari kamar sebelah: “Hayooooo!”
Kali langsung berlari ke kamarnya. Saya tertawa ngekek. Kembali, Kali bermain lego. Tapi saya tahu, bocah itu hanya sedang mencari kesempatan terbaiknya.
“Menurut Bapak, sekarang Ibuk sudah tidur belum?”
“Sudah.”
“Bener? Tadi Bapak bilang sudah tapi ternyata belum…”
“Ya, tadi Kali gak hati-hati, makanya Ibuk terbangun.”
“Coba sekarang Bapak yang ambil tab Kali.” Bocah itu merajuk sambil memeluk saya, seperti biasa.
“Gak. Kamu kan yang mau bermain. Masak Bapak yang ambil.”
Dengan hati-hati, Kali membuka pintu kamarnya. Berjingkat. Dia keluar kamar. Tak lama kemudian balik lagi dengan muka sendu. “Kenapa?” tanya saya.
“Tab-nya gak ada di tempat.”
Saya hampir tertawa lagi, tapi kok kasihan. Akhirnya saya ulungkan hape saya. Bocah itu langsung bermuka cerah. Dia lalu sibuk menonton channel Youtube kesayangannya.
Tiba-tiba Ibu Kali masuk kamar. Dia protes keras Kali bermain hape di jam yang bukan jadwalnya. Saya diminta pindah kamar, gantian dia yang menemani Kali. Hape saya dikembalikan. Muka Kali langsung suntrut. Bisa dipastikan sebentar lagi bocah itu terlelap tanpa gajet di tangannya.