Beberapa teman saya yang mengelola proyek rintisan situsweb bertanya, apakah kita butuh mengiklankan situsweb rintisan kita agar jangkauan bisa meluas dan jumlah pengunjung bisa banyak?
Jawabannya tentu saja: ya. Tapi hati-hati dengan cara beriklan Anda. Lho, kenapa?
Kebanyakan memang beriklan adalah cara yang dianggap mudah untuk mempopulerkan sebuah situsweb, menarik pengunjung, dan menaikkan rangking. Tapi keliru memahami bagaimana beriklan, juga bisa dengan cepat menghempaskan situsweb rintisan Anda.
Tiga bulan pertama, Mojok juga beriklan walaupun tak mahal amat. Ada yang sehari 50.000, ada yang 100.000. Apa yang kami iklankan? Fanpage Facebook Mojok. Di Twitter, kami meminta bantuan teman-teman buzzer kami. Setelah 3 bulan, kedua bentuk beriklan itu kami hentikan. Setelah dirasa cukup dikenal, kami ingin pertumbuhan yang organik dan natural. Bagaimana itu? Ya kalau pembaca Mojok mau bersukarela gabung dengan Fanpage kami, silakan. Demikian juga mau jadi follower pada akun Twitter kami. Intinya, di tiga bulan pertama ketika kami butuh memperkenalkan diri, kami beriklan. Setelahnya, tidak.
Coba Anda perhatikan beberapa sitsuweb rintisan yang suka mampir di dinding Facebook Anda. Beberapa menanjak luarbiasa berkat beriklan. Tapi ketika iklan itu dihentikan, mereka melorot jatuh. Sebab ada hal yang lebih penting digarap dibanding iklan, malah dilupakan: karakter konten.
Anggaplah Anda mengiklankan situsweb sejuta sehari. Sebulan 30 juta. Situsweb Anda melejit. Tapi sampai kapan Anda sanggup beriklan? Tiga bulan? Enam bulan? Setahun? Lalu setelah itu, setelah porsi beriklan Anda kurangi atau cabut, kemudian melorot terus, apa yang akan Anda lakukan? Kenapa uang yang ada, tidak Anda pakai untuk mengkreasi konten, membuat ekseperimen-eksperimen konten, atau membayar penulis untuk tulisan-tulisan yang menarik.
Beriklan memang penting. Tapi yang paling penting adalah membangun kekuatan konten Anda.
Hal yang mirip terjadi juga pada soal kuantitas. Banyak orang beranggapan bahwa makin banyak tulisan diunggah, bakal makin banyak pengunjung. Itu asumsi yang bisa jadi benar, tapi besar juga potensi kekeliruannya. Kalau Anda unggah 5 tulisan sehari, dan masing-masing hanya dibaca oleh 500 pembaca, tentu akan kalah telak dengan situsweb yang mengunggah satu tulisan tapi dibaca 5.000 atau bahkan 50.000 pembaca.
Tentu dua hal di atas, iklan dan kuantitas, berlaku bagus jika Anda masuk dalam ketegori pebisnis media yang kaya, yang bisa beriklan ratusan juta bahkan miliaran rupiah dalam setahun, dan bisa mengunggah puluhan bahkan ratusan tulisan atau berita dalam sehari.
Kalau Anda masih pengusaha media rintisan dengan kelas kecil-kecilan atau menengah, coba renungkan status saya ini.
Iklan membuat orang tertarik untuk berkunjung ke sitsuweb Anda. Tapi pengunjung adalah manusia, yang bisa kecewa. Lalu tak pernah mau berkunjung lagi sekalipun Anda bujuk lewat iklan berkali-kali.
Demikian.