Salah satu misteri terbesar Gajah Mada adalah istrinya. Hampir semua orang percaya bahwa di balik kisah sukses seorang laki-laki, ada perempuan-perempuan hebat di samping mereka.
Namun Gajah Mada memiliki persoalan yang sedikit rumit soal ini. Beberapa sejarawan mulai menduga bahwa sesungguhnya Gajah Mada hanya menjalankan 20 persen kekuasaan dan kejeniusan strategi-taktiknya. Selebihnya adalah kedahsyatan istrinya.
Lalu siapa sesungguhnya istri Gajah Mada ini? Di sinilah kisah dimulai. Berbagai kelompok orang cerdik pandai bekerjasama dengan faksi-faksi penguasa berebut akses dan legitimasi untuk “mengukuhkan” siapa sesungguhnya istri Gajah Mada ini.
Perang intrik dimulai. Desas-desus dimunculkan. Para trah Presiden yang pernah berkuasa di Indonesia merasa berkepentingan untuk menarik garis silsilah sehingga menabalkan mereka sebagai keturunan istri Gajah Mada yang hebat itu.
Sampai sekarang, perang spionasi, saling jegal dan saling sabot terus terjadi di antara kelompok-kelompok tersebut.
Sesungguhnya siapakah istri Gajah Mada itu? Kenapa dia begitu dahsyat? Bagaimana bisa Gajah Mada memperistri dia? Sekian rentetan pertanyaan akan muncul lebih banyak lagi.
Untuk sekian hal, mereka tidak bersepakat. Namun ada satu hal yang membuat faksi-faksi ekspedisi dan peneliti ini sepakat. Salah satu orang yang bisa menjawab dengan tepat siapa sesungguhnya istri Gajah Mada adalah seorang bocah bergigi tonggos yang pernah tersambar petir. Namanya: Ponari Poniran.
Sebagai tahap awal, akhirnya para pemimpin kelompok yang saling bertikai itu bersepakat untuk menemui Ponari Poniran. Bocah berusia 8 tahun itu masih main kelereng ketika rombongan itu muncul sambil membawa permen.
“Nak, Cah Bagus… Tahukan kamu siapa istri Gajah Mada itu?”
Ponari Poniman menghentikan permainannya. Lalu dia berdiri sambil mengusap umbel. “Ya, aku tahu….”
Sambil mengulungkan satu plastik penuh berisi permen, perwakilan rombongan itu bertanya: “Katakan kepada kami, siapakah istri Gajah Mada itu?”
Bocah umbelen yang kondang sakti itu mengambil tas kresek yang diulungkan kepadanya, kemudian dia bicara dengan serius: “Namanya: Nyonya Gajah Mada.”
Orang-orang itu pating plenggong dan saling memandang. Ketika sadar apa yang terjadi, Ponari Poniman sudah berlari jauh sekali.