Olahraga saya jalan kaki. Biasanya pagi atau sore. Tapi karena musim penghujan, saya lebih sering olahraga di dalam rumah dengan alat murah meriah: air walker.
Tapi sebetulnya saya punya hobi lain: jalan malam. Sendirian. Tapi lama saya tidak melakukannya karena pandemi. Soalnya supaya tidak ribet, biasanya saya naik gocar, berhenti di satu spot, jalan kaki, lalu baliknya naik gocar lagi.
Bagi Anda yang suka belajar filsafat tentu akrab dengan istilah ‘flaneur’. Istilah ini dikembangkan pertama kali oleh sastrawan sekaligus filsuf bernama Charles Baudelaire. Lalu istilah itu banyak dikutip dan dipakai para filsuf setelahnya. Flaneur kurang-lebih bermakna jalan kaki tanpa tujuan di sebuah kota alias keluyuran. Di situ seorang flanuer berada dalam titik tegang yang mengasyikkan antara keinginan menjadi satu dengan situasi di sekitar sekaligus sebagai pengamat dari luar. Disiplin flaneur itu, kelak menghasilkan banyak sekali karya sastra dan filsafat di Prancis.
Kalau saya sih enggak punya beban seberat itu. Hanya suka saja dengan konsep flaneur, karena tenyata asyik akhirnya cukup sering saya lakukan. Ketika melakukan ekspedisi pantura, Kharis (salah satu musisi Silampukau), heran dengan kebiasaan saya ini. Setiap selesai makan malam, saya pasti menuju penginapan dengan jalan kaki. Tidak mau ikut rombongan. Ketika ditanya soal kebiasaan saya itu, saya hanya tertawa. Bingung menjawabnya. Suka saja melakukan hal itu. Kebiasaan.
Semalam saya akhirnya melakukan jalan malam lagi. Waktu yang ideal menurut saya antara pukul 20.00 sd 22.00. Karena lalu lintas masih rame dan berangsur sepi. Proses dari rame ke sepi ini, cocok sekali untuk mengamati, memikirkan, dan menikmatinya.
Cobalah, siapa tahu Anda jadi sastrawan atau filsuf lewat jalur flaneur 😂