Kemarin, Kali kami titipkan ke tetangga karena kami berdua harus menunggui ibu saya yang sedang di rumah sakit. Kebetulan tetangga kami punya anak yang usianya 2 tahun lebih tua dari Kali. Mereka berteman baik.
Setiap 10 atau 15 menit sekali, tetangga kami mengabarkan apa saja yang dilakukan Kali dan anaknya. Salah satunya: Kali salat Magrib.
Tetangga kami beragama Katolik. Kami tidak memintanya agar mengingatkan Kali untuk salat. Tapi justru dia yang mengingatkan Kali.
Kami tidak mengajari hal yang ndadik-ndakik soal toleransi kepada Kali. Ya semampu kami. Sebisa yang diterima anak seusianya. Selain menghormati keyakinan orang lain, kami juga menekankan agar tidak pernah merasa sungkan jika tiba saatnya beribadah. Toleransi bisa berjalan dengan baik kalau kita tidak punya rasa sungkan atau rasa tak enak untuk mengekspresikan atau melakukan ibadah sesuai keyakinan kita.
Kalau saya sedang di Bali, saatnya salat ya salat. Toleransi bukan berarti tidak melakukan laku ibadah yang kita yakini.
Kali dan sahabatnya yang tetangga kami bergaul dengan baik. Di antara semua persoalan toleransi yang sedang dianggap masalah, ada saatnya untuk tetap menatap sekeliling dengan optimistik dan rasa hangat. Ciptakan lingkungan kecil yang saling toleran. Di lingkungan perumahan, lembaga, tempat kerja, dll. Kalau semua melakukan langkah kecil itu, semua akan lebih baik lagi. Tidak ada satu pun orang waras yang ingin mewariskan kebencian. Kita tidak ingin anakcucu kita menjadi pembenci, pemarah, dan perusak. .
Selamat hari Natal, Kawanku. Semoga Anda makin bahagia dan sejahtera. Salam hangat…