Ketika saya hendak berangkat jalan pagi, mendadak Kali terbangun dari tidur. “Bapak mau ke mana?”
“Jalan pagi,” ucap saya sambil mengenakan sepatu olahraga.
“Kali ikut!” Bocah itu langsung membuntuti saya. Seperti biasa, ibunya, neneknya, dan saya, tak bisa mencegahnya. Dia pun ikut saya menjalani rutinitas jalan pagi.
Di satu sisi saya senang karena kami berdua bisa bercengkerama di alam bebas sambil jalan kaki. Tapi di sisi lain, saya khawatir dia kecapekan lalu punya alasan untuk tidak sekolah.
Kali ini rute yang saya ambil lain lagi. Saya keluar dari perumahan menuju jalan Kapten Hariyadi. Belok kiri menyusuri jalan itu. Berhubung banyak kendaraan besar melewati daerah itu, maklum sedang ada pembangunan jalan di perempatan ringroad Kaliurang, segera saya mengubah arah masuk ke perkampungan. Ternyata di sana ada banyak nama jalan yang diambil dari nama-nama Walisongo. Jadilah Kali berpose di plang-plang jalan.
Kami memasuki jalan Damai. Jarak yang lumayam jauh. Saya mulai berkeringat. Kali tetap santai. Dan benar, mendekati perumahan tempat kami tinggal, Kali bertanya, “Bapak, sekarang jam berapa?”
“Jam 06.18.” Lumayan juga batin saya. Hampir satu setengah jam kami berjalan.
“Waduh, bagaimana kalau kita jalan lagi, Pak?”
“Kenapa, Nak? Bapak belum boleh terlalu capek jalan kaki. Dan kamu harus siap-siap sekolah.”
“Ya itulah maksud Kali. Kalau kita pulang, Kali belum terlambat sekolah. Pasti disuruh Ibuk mandi. Kalau kita pulang jam 7, Kali kan terlambat sekolah.”
“Terus?”
“Kalau terlambat, kan Kali bisa bilang kalau Kali gak udah sekolah.”
“Enak aja. Ayo cepat!” ucap saya sambil melangkah bergegas menuju rumah.