Dua malam lalu, saat kami sedang mampir di @warmo_jogja, ada sepasang suami istri beserta bayi mungil anak mereka yang sedang menunggu makanan pesanan. Begitu pesanan datang, ibu Kali secara spontan menawarkan diri untuk menggendong si bayi agar pasangan tersebut bisa nyaman makan bareng. Tawaran disambut dengan baik
Begitu digendong ibunya, Kali yang semula upyeg sendiri lari ke sana ke mari, langsung mendekati ibunya. Dia ikut bermain. Kali memang suka bermain dengan adik bayi.
Kami, atau mungkin kalian semua di luar sana, pasti ingat pertanyaan-pertanyaan serupa lingkaran setan, yang dimulai dari: kapan lulus, kerja di mana, kapan menikah, kapan punya anak, kapan anaknya punya adik, dst. Saya sudah masuk ke tahap: kapan Kali punya adik?
Jenis pertanyaan seperti itu kalau tidak ditanggapi dengan bijak, bakal bisa menyakitkan. Pernahkan Anda berpikir, ada sepasang suami istri, sudah menikah bertahun-tahun dan berusaha sekuat tenaga dan harta untuk punya anak, lalu dengan entengnya ada orang-orang yang sok ramah bertanya: kapan nih punya momongan?
Atau seorang lajang yang berusaha keluar dari trauma asmara dengan mantan kekasihnya, kemudian diberi pertanyaan: kapan menikah?
Saya hanya mengingatkan saja. Tidak semua pertanyaan yang lazim diucapkan orang, perlu ditiru. Terlebih sebagai sebuah basa-basi. Sebab mungkin akan sangat menyakitkan buat orang lain.
Kalau saya ditanya, kapan Kali punya adik? Ya kalau Tuhan kasih pasti kapanpun bisa. Persoalan anak itu salah satu misteri kewenangan Tuhan. Sebab pada dasarnya tidak ada manusia yang dibikin belakangan. Kali kan tidak dibikin Tuhan setelah ibunya mengandung dia. Paham maksud saya kah? Semoga…
Selamat menikmati akhir pekan. Mari saling berhubungan dengan cara yang menggembirakan 🙂