Saya termasuk sering bertemu dengan kawan-kawan saya dari Jakarta yang sedang berada di Yogya entah untuk liburan, urusan kantor atau pekerjaan. Setiap kali bertemu mereka, hampir semua mengeluh betapa berat hidup di Jakarta.
Ketika beberapa hari mereka tinggal di Yogya, kebanyakan wajah mereka makin nelangsa. Mulai sering muncul keluhan Jakarta yang macet, persaingan hidup yang keras, dan sekian jibaku lain.
Jakarta saya kira memang kejam. Tapi semua tempat juga menyimpan kekejaman masing-masing. Menurut saya, pilihan atas sebuah kota tempat tinggal dan mencari rezeki bisa punya banyak alasan.
Tidak semua orang bisa memilih pekerjaan dan tempat tinggal. Maka berbahagialah Anda yang bisa memutuskan ingin menjadi apa. Itu hal yang luarbiasa. Profesi atas dasar pilihan hati, jelas penuh perjuangan. Tidak mudah. Tapi menurut saya, selalu ada harga terbaik untuk pilihan hati.
Kalau pun toh Anda sudah bekerja tidak karena pilihan hati juga sebaiknya tak usah banyak mengeluh. Di Indonesia menurut data yang sempat saya baca, ada 10 juta orang yang tidak punya pekerjaan. Angka itu bisa terus melonjak di tahun ini. Itu artinya, apapun pekerjaan itu jika Anda sudah memilikinya, setidaknya Anda lebih beruntung dibanding 10 juta orang tersebut. Saya termasuk orang yang sepakat dengan pendapat bahwa situasi paling capek, berat dan emosional adalah ketika kita tidak punya pekerjaan. Kerja itu bukan soal uang. Ada sekian dimensi yang melekat di sana.
Jadi, Jakarta tetap menjadi tempat yang baik jika Anda punya pekerjaan di sana, daripada Anda hidup di kota yang tidak macet tapi tak punya pekerjaan. Saya setuju saja dengan catatan dari Mas Seno Gumira Ajidharma yang kira-kira jika saya ringkas bunyinya begini: Sudah macet, bekerja keras, lalu pada akhirnya menghabiskan umur dengan uang pensiun yang pas-pasan. Tapi lebih susah lagi tentu saja jika tak punya uang dan tak punya pekerjaan. Kalau tidak percaya, coba saja.
Maka jika saya diminta pendapat teman-teman saya yang ingin pindah dari Jakarta dengan melepas pekerjaan mereka, saya selalu menyarankan supaya jangan dilakukan. Tidak ada yang bisa menjamin hidup mereka akan lebih baik jika pindah. Yogya, Denpasar, Jombang, Kebumen, Rembang dll, memang terasa indah dipandang jika Anda sedang suntuk di Jakarta. Tapi belum tentu kota-kota itu memberi Anda penghidupan yang lebih baik. Uang memang tidak bisa membeli semua hal, tapi Anda tidak bisa hidup tanpa uang. Satu-satunya orang yang pernah mempraktekkan hidup tanpa uang, setelah bukunya laris pun akhirnya kembali bekerja mencari uang. Terlebih, negeri ini tak ramah kepada orang yang tak punya uang.
Kalau soal ingin, saya juga ingin hidup damai di lereng Merapi. Makan dari hasil yang saya tanam. Pagi hari membaca puisi, siang hari mendengarkan musik, sore hari memancing ikan di kolam, malam hari menonton film.
Lha terus yang bayar uang sekolah Si Kali siapa? Lha terus beli susu Si Kali?
Selamat bekerja, Lur… Semoga Monas terlihat indah pagi ini.