Menurut salah satu sahabat saya, saya ini orang biasa yang hanya punya satu hal: keberuntungan. Saya sih mengiyakan saja. Percuma berdebat sama dia.
Tapi memang saya punya pengalaman-pengalaman kecil tentang keberuntungan. Salah seorang teman saya yang kebetulan menjadi seniman lukis, setiap kali saya datang ke rumahnya, dia sering dalam posisi duduk di depan kanvas. “Ini untukmu.” katanya. Tapi begitu saya ke rumahnya lagi, lukisan itu sudah tidak ada. “Payu je, Bro…” ungkapnya sambil cengengesan. Asistennya yang bilang ke saya, “Mbuh iku Mas, aneh wae, nek diniati nglukis nggo kowe mesthi payu.”
Hal seperti itu terjadi berkali-kali, sampai ketika bosan, setiap teman saya bilang mau melukis untuk saya, langsung saya jawab: haes mbel kuwi mung ben payu wae! Tentu saya tidak benar-benar marah. Guyon…
Salah satu teman saya seorang juragan sepeda motor bekas. Orangnya baik sekali. Suatu saat, ketika vespa saya bermasalah dan pihak dealer bilang butuh waktu sebulan lebih karena mesti menunggu suku cadang dari Italia, saya menghubungi teman saya tersebut untuk bertanya harga motor bekas. Teman saya langsung bilang, “Kowe ngapa kok ndadak tuku, tak silihi wae, ojo maneh mung sewulan, setahun we ra masalah.”
Pagi saya tanya, sore sepeda motor tersebut sudah di rumah saya. Enak sekali hidup saya. Besoknya, tangan kanan teman saya menelepon, dia meminta maaf karena sepeda motor yang dipinjamkan ke saya akhirnya laku. Dia akan ke rumah untuk menukar sepeda motor tersebut. Tentu saya ikut senang.
Selang tiga hari kemudian, Sang Tangan Kanan menghubungi saya lagi. Dia mau menukar sepeda motor lagi karena speda motor yang di tangan saya laku lagi. Saat bertemu untuk menukar motor, dia bilang, “Aneh ya, Mas. Kok nek disilihke kowe mesthi payu ya? Nek sing iki angel payu, Mas. Nek nganti payu, aneh iki…” ujarnya sambil menunjuk sepeda motor berwarna pink.
Tidak sampai seminggu, dia menukar lagi karena yang dipinjamkan ke saya laku lagi. Semenjak itu, dia sesekali bertanya ke saya sampai sekarang, “Mas, mbok kowe nyilih motor maneh…”
Saya tertawa cekakan.
Sebetulnya banyak hal seperti itu terjadi. Termutakhir adalah seorang teman saya yang biasa melelang mobil-mobilan hot wheels. Suatu saat dia mengajak saya ngopi, mau ngomong serius, katanya. Ternyata dia cuma mau bilang, agar diperbolehkan membeli kamera Canon 550 D punya saya. “Soale nek aku motret nganggo kameramu mesthi apik lelangane, je…”
Karena saya punya beberapa kamera, ya saya persilakan saja dia beli. Sambil berharap keberuntungannya tetap berlanjut.
Saya juga sering mengalami hal-hal berat di hidup saya. Tapi selalu tiba-tiba ada pertolongan dari sisi yang tidak pernah saya duga. Saya menyebutnya: keajaiban. Salah satu hal terburuk yang pernah menimpa saya terjadi di tahun 2012. Ketika itu ibu tercinta saya tidak sadar selama 2 hari karena operasi katup jantung. Semua mesin yang mengendalikan sistem tubuhnya tidak ada yang berfungsi. Di saat yang bersamaan, istri saya hamil besar. Sehingga setiap hari, saya pulang pergi Yogya-Semarang. Saat situasi buruk itu, tiba-tiba saya dikontak oleh seorang spiritualis yang tidak saya kenal. Kami hanya pernah saling memensyen di media sosial. Beliau menyarankan saya membaca amalan sampai Subuh. Saran tersebut saya lakukan. Tepat sesaat setelah saya salat Subuh dan kantuk tak bisa saya hadang, telepon saya berdering. Bapak saya mengabari kalau ibu saya siuman. Sungguh keajaiban. Bukan hanya itu, biaya ratusan juta yang mestinya ditanggung, tiba-tiba semua mudah. Hanya tinggal sekian puluh juta. Itu pun ada orang baik yang tiba-tiba memberi saya uang. Jadi malah saya “laba”.
Tahun 2012 itu beruntun dari mulai Februari sampai Desember saya dihantam cobaan terus. Tapi selalu datang keajaiban. Selama setahun persis saya tidak bekerja. Tidak bisa mencari uang karena tidak memungkinkan. Namun ada saja orang yang menolong. Saat anak saya lahir, tiba-tiba ada orang yang datang dan memberi uang pas dengan jumlah yang tertera di tagihan rumahsakit. Ketika saya operasi ambien, ada orang datang memberi saya uang 30 juta rupiah. Tagihan rumahsakit: 29 juta rupiah. Bathi sak juta. Sakit saja saya bathi. Hehe…
Maka saya mencoba selalu bersyukur. Saya percaya dengan keberuntungan dan keajaiban. Saya mencoba tidak mau putus asa dalam melakukan sesuatu. Hidup yang mengajari saya seperti itu. Bukan motivator.
Selamat pagi, teman-teman… Tetap semangat bekerja ya…