Saya tidak pernah bisa membayangkan nasib rezim Jokowi tanpa akik. Kemenangan Jokowi terlebih dahulu ditandai oleh ledakan akik. Semua menjalar dengan cepat, dari Aceh sampai Papua.
Setidaknya saya telah mengalami pertarungan pemilihan Presiden langsung selama 3 kali, dan baru di pertarungan Prabowo vs Jokowi, situasi politik lambat dingin. Sampai sekarang bahkan di dunia maya dan keseharian, “barisan Prabowo garis keras” masih sering bakusindir dengan “Laskar Jokowi sampai mati”. Sekalipun begitu, saya tetap tak bisa membayangkan seandainya akik tidak ikut “turun tangan” untuk mendamaikan. Mungkin pertarungan masih sangat sengit.
Selain hal itu, sudah banyak disebut orang, akik menggerakkan perekonomian Indonesia ketika melambat. Sebagaimana kita tahu, begitu Jokowi naik jadi Presiden, perlambatan ekonomi yang semula memang sudah terjadi, malah makin menjadi. Tepat di saat itu pula, ledakan akik kian terasa di mana-mana.
Mari kita lihat sepintas saja bagaimana efek ledakan akik bagi rantai perekonomian Indonesia. Di sektor hulu, ada para penyewa lahan dan penambang. Anda juga pasti tahu, tiap noktah yang kita tunjuk di atas peta Indonesia, selalu ada akik di sana. Industri makanan dan minuman otomatis berjalan. Sektor transportasi juga. Kemudian masuk ke pemrosesan, dari mulai tukang ojek, tukang becak, pengamen, dan sekian sektor informal lain yang tergencet oleh perlambatan ekonomi, tertolong oleh akik. Di mana-mana orang menggosok akik. Waktu luang menjadi berharga. Bukan hanya itu, akik juga menggerakkan para pengrajin cincin, terutama pengrajin perak. Lagi-lagi, mereka bukan hanya selamat tapi juga bungah.
Di hilir, pasar bergemuruh. Saya tak tahu persis berapa besaran transaksi harian akik yang terjadi di seluruh Indonesia. Itu belum kalau kita hitung juga majalah dadakan yang hanya berisi soal akik, pameran-pameran akik, dan penyewaan gerai-gerai atau spot-spot perdagangan baru yang muncul karena akik. Sayang, lagi-lagi tak ada data yang memadai yang bisa menyajikan itu semua. Namun segalanya kasat mata.
Terakhir, yang sering dilupakan orang adalah semua rangkaian aktivitas akik ini adalah rangkaian yang “menentramkan”. Karena semua dibutuhkan proses apresiasi yang “mat-matan”, tenang, melibatkan kekusyukan. Sehingga ekonomi yang tak begitu baik, tidak membuat tensi emosi massa naik.
Tiga poin di ataslah yang menurut hemat saya, merupakan kontribusi besar akik terhadap rezim Jokowi. Saya tidak tahu, apakah Jokowi berikut jajaran kabinetnya bisa melihat hal ini atau tidak.
Sekarang ledakan akik sudah hampir rampung. Booming nyaris selesai. Saya lebih suka menyebutnya sebagai pasar akik telah terkoreksi. Akik tidak akan hilang dari negeri ini. Akik akan tetap bertahan dengan harga sesuai mekanisme dan hukum pasar. Itu hal yang wajar. Namun terlalu banyak hal yang telah diberikan oleh akik dan insan akik untuk negeri ini.
Kalaupun toh rezim Jokowi kurang mengapresiasi, itu tak akan menyurutkan harkat dan martabat akik di negeri ini. Marilah di hari kemerdekaan ini, kita mengenang jasa akik yang begitu mulia. Mari kita kenakan akik kita dengan rasa bangga dan merdeka.