Beberapa bulan setelah Gus Dur dilengserkan dari jabatannya sebagai Presiden, setelah badai politik mereda, ketika sosok legenda tersebut sudah hadir lagi ke publik dan membuka diri menerima banyak kolega, maka daftar tamunya kembali panjang. Suatu hari, salah satu tamu sekaligus temannya, dengan hati-hati dan serius bertanya, kenapa Gus Dur ketika menjadi Presiden mengambil pilihan-pilihan politik yang berisiko.
Orang-orang yang kebetulan berada di ruang tersebut mendadak hening. Berdebar. Menunggu. Apa kira-kira jawaban dari ulama yang sekaligus cucu dari pendiri organisasi Islam terbesar di Nusantara itu.
Keheningan itu pecah oleh suara Gus Dur yang kalem. “Jenenge wae keplek, Cak… Ya kadhang kalah, kadhang menang…”
Kontan seluruh ruangan penuh suara tergelak. Mungkin Gus Dur bercanda. Tapi mungkin dia juga serius. Apa sih sebetulnya yang tidak kita perjudikan di dunia ini? Apa yang tidak punya kadar risiko? Apa yang pasti? Bandar punya kartu samgong saja bisa kalah dengan kartu “murni kecil”, “murni besar” apalagi dengan kartu “murni gong”.
Semua boleh punya teori tentang bermain judi. Tapi kartu apa yang akan kita terima di saat mengambil risiko menambah jumlah kartu di tangan, adalah salah satu misteri terbesar dalam hidup ini. Ambil, lalu terima risikonya. Atau jangan diambil. Tapi tetap ada risikonya.
Kisah itulah yang terlintas di kepala saya ketika saya mengakhiri kaul berjudi selama tiga malam berturut-turut untuk menyambut ulang tahun saya.
Tapi sesungguhnya, judi dan dunia politik tidak jauh amat. Setidaknya, pilihan istilah dalam judi, banyak dipakai di dalam dunia politik. Istilah “bandar” dalam politik, bisa sejajar dengan istilah “bohir” dan “juragan”.
Anda tentu ingat Anas Urbaningrum yang konon sering disebut sebagai titisan politik Akbar Tanjung. Keduanya sering dijuluki memiliki “poker face”. Kartu seberat dan punya risiko apapun di tangan mereka berdua, tak akan mudah mengubah raut wajah.
Di meja judi, orang yang mudah dibaca raut mukanya, bakal mudah dibaca pula kira-kira kartu yang dipegangnya. Tapi lagi-lagi, sedingin apapun wajah penjudi, tak akan bisa menjamin kemenangan. Tampaknya, kemenangan punya cara bekerja sendiri yang kalis dari intervensi hitung-hitungan para penjudi.
Jokowi sebagai sosok fenomenal dalam kancah politik tak bisa ditebak oleh siapapun nasib politiknya dalam beberapa tahun lalu. Baru berpolitik kurang dari dua tahun, sudah menjadi walikota. Lalu terpilih lagi untuk kedua kalinya. Nyalon jadi Gubernur DKI, menang. Nyalon jadi Presiden, menang lagi. Kurang dari 10 tahun karier politiknya, sudah melibas ribuan, bahkan mungkin puluhan ribu para politikus yang sudah meniti karier berpuluh tahun.
Kita tak pernah tahu bagaimana nasib orang yang memegang kartu joker. Anda tidak bisa iri kepadanya. Mungkin Anda juga punya kartu joker yang akan turun ke tangan dalam beberapa hari ke depan, atau beberapa minggu lagi, atau beberapa tahun lagi. Atau mungkin tak akan pernah turun sama sekali. Istilah “hidup adalah misteri” menjadi lebih relevan jika kita terbiasa berjudi. Baik berjudi kartu remi, maupun berjudi nasib sendiri.
Selama tiga malam berturut-turut meremajakan ingatan dalam perjudian, saya punya sedikit kesimpulan. Saya bagikan kepada Anda, siapa tahu berguna.
Pertama, telitilah sebelum berjudi. Pastikan uang yang Anda perjudikan bukan titipan istri atau suami, apalagi uang yang semestinya untuk beli uba-rampe serah-serahan untuk lamaran dan pernikahan.
Kedua, bandar boleh berganti yang penting lancar rezeki. Tidak perlu iri pada nasib bandar. Setiap bandar punya risiko sendiri. Kadang menang, dan kadang menang banyak. Juga sebaliknya. Jangan maunya punya rezeki bandar, tapi masangnya uang lima ribuan.
Ketiga, melirik kartu lawan itu sah dalam perjudian. Sama sahnya dengan pura-pura menjatuhkan diri di dalam kotak penalti. Kalau untung dapat tendangan penalti, kalau gak untung yang dapat kartu kuning. Namanya juga keplek, Cak…
Keempat, jangan berbuat curang. Sebagian orang beranggapan bahwa bermain judi itu perbuatan tak baik. Tapi bukan berarti Anda boleh bermain curang. Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana saja, termasuk di meja judi. Kalau uang seratus ribuan dilipat, harus jelas lipatannya, apakah itu berarti Anda memasang sepuluh ribu atau dua puluh ribu. Jangan kalau kalah, bilang sepuluh ribu. Sementara kalau menang, bilang dua puluh ribu.
Kelima, ini yang paling penting: Jangan pernah mendengar nasihat dari seorang penjudi. Sudah pasti ngaco sekali. Kalau menang sok berteori, kalau kalah bikin puisi. Seperti status ini.
—–
Terimakasih atas ucapan selamat ulangtahun dari kawan-kawan semua. Saya tidak bisa membalas satu persatu. Semoga kebaikan, kesehatan, dan kebahagiaan, selalu menaungi Anda semua. Jauhilah judi, tapi jangan jauh sekali.
Terimakasih juga untuk teman-teman yang menemani saya melakukan kaul judi selama tiga hari berturut-turut. Semoga prosesi itu membantu menghapus segala aral yang ada di depan kita. Amin.