Keterampilan menulis sebetulnya bukan monopoli orang yang berprofesi sebagai penulis. Sebagaimana orang butuh olahraga tanpa mesti menjadi atlet.
Menulis membuat seseorang belajar untuk menstrukturkan gagasan dan pikirannya. Aktivitas itu membantu seseorang untuk mengembangkan dan melatih cara bernalar. Kenapa demikian? Karena dalam menulis, pikiran yang meloncat dan melompat, mesti dirapikan. Kemudian dieksekusi kata per kata, frasa per frasa, kalimat per kalimat, paragraf per paragraf, poin per poin.
Struktur yang runtut selain berguna untuk memperbaiki cara bernalar, juga mudah untuk membuat orang memahami pikiran dan pendapat kita.
Jenis bacaan yang baik untuk membantu mengembangkan daya nalar kita adalah nonfiksi. Pada fiksi, kita dilatih untuk mengembangkan imajinasi, hal yang berguna untuk memberi sayap pada kreativitas. Sedangkan pada nonfiksi, kita dibantu untuk merapikan cara bernalar. Keduanya penting, keduanya baik.
Maka tidak heran, ada orang berprofesi lain seperti dokter, petani, tentara dll, punya buah pikiran yang mudah dipahami orang lewat tulisan mereka.
Olahraga membuat otot-otot kita terlatih, daya tahan fisik kita terjaga, refleks kita bekerja, dan daya fokus kita makin tajam. Meditasi atau laku spiritual lain membuat pikiran kita jernih, batin kita tenang, mental kita mengembang. Sementara pada menulis, sisi lain manusia yang juga penting yakni bernalar dan berimajinasi, bisa tumbuh, mengakar, dan menjalar.