Selain dikenal sebagai ulama yang membela orang awam (keilmuan), Gus Baha’ juga dikenal sebagai ulama yang membela kehidupan orang biasa (ekonomi), bahkan orang yang terpinggirkan.
Dia sering bicara, jangan terlalu membesar-besarkan hal yang berpotensi membuat orang biasa menjadi susah dalam menjalankan syari’at Islam. “Hindarilah omongan seperti misalnya saat Ramadan: ‘Rugi, Ramadan hanya setahun sekali kok gak salat tarawih di masjid berjamaah.’ Itu namanya tidak menghargai perasaan orang biasa…
“Di luar sana itu, ada satpam, penjaga toko, tukang ojek, tukang parkir, dan banyak pekerja di malam hari yang mungkin menangis di dalam hati. Mereka juga ingin tarawih, tapi mereka sedang bekerja.
“Tarawih itu sunah. Sementara mencari nafkah itu wajib. Menghindari diri dari kemiskinan secara ekonomi supaya tidak menjadi beban orang lain, itu hal yang utama. Dan dalam riwayat jelas sekali, Kanjeng Nabi itu sangat mencintai salat tarawih, tapi sengaja meninggalkannya setelah setelah beberapa hari salat, supaya tarawih tidak dianggap hal sebagai ibadah yang wajib.”
Bahkan dalam hal salat wajib, Gus Baha’ mewanti-wanti betul agar imam salat itu jangan terlalu lama dalam membaca bacaan salat. Kanjeng Nabi, menurut Gus Baha’, sangat suka salat. Suatu saat ketika tengah mengimami salat, beliau mendengar ada bayi yang sedang menangis, lamat-lamat dari kejauhan.
Kanjeng Nabi memutuskan untuk mempercepat salatnya. Khawatir ibu dari bayi itu sedang menjadi makmumnya.
Suatu saat, Gus Baha’ disowani oleh kiai lain. Kiai tersebut menggerutu karena jamaahnya tidak bertambah banyak.
Sambil tertawa Gus Baha’ menjawab, “Lho orang yang tidak datang, jangan-jangan sudah hebat.”
“Kok bisa, Gus?”
“Kamu kan mengajarkan supaya orang berbuat baik kepada keluarganya. Mungkin orang yang tidak mengaji itu sedang mempraktekkan ajaran itu. Dia makan bakso dengan keluarganya.
“Kamu kan mengajarkan supaya orang mencari nafkah yang halal. Nah, orang yang tidak datang itu jangan-jangan sedang bekerja mencari nafkah yang halal untuk kehidupan keluarganya.”
Kiai itu terdiam. “Masak sih, Gus?”
“Lho kamu itu dikasih tahu kok gak percaya. Makanya, jadi kiai itu yang bijak. Kiai itu penyangga umat yang banyak. Kalau mau bikin kajian, ya jangan di saat orang bekerja. Jangan sampai orang-orang berpikir bahwa Islam itu hadir sebagai masalah.”
Selamat menikmati hari Minggu…