Ricky baru lulus SMK dua tahun lalu. Usianya belum genap 20 tahun. Sewaktu lulus, dia bekerja di kafe, sesuai dengan jurusannya yakni tataboga.
Dua tahun bekerja di kampung kelahirannya, akhirnya dia merantau ke Yogya menjadi barista di sebuah kedai kopi. Karena kedai kopi itu sering dipakai acara peluncuran buku, maka dia mulai suka membaca. Tapi naluri bisnisnya juga berkembang. Sembari tetap bekerja di kedai kopi, dia membuat toko buku onlen atau istilah paling sering digunakan dalam dunia bisnis buku adalah ‘reseller’. Baru dua bulan mendirikan bisnis toko buku onlen, dia sudah bisa menabung lebih banyak, bisa mengirimi orangtuanya uang, dan barusan membeli laptop anyar. Hmmm terdengar gurih, bukan?
Di Yogya, juga beberapa kota lain di Indonesia, kisah seperti Ricky ini bukan hal aneh. Berbisnis toko buku onlen itu mudah dan murah. Tapi tetap dibutuhkan kreativitas dan ketekunan.
Saya telah bertemu dengan banyak anak-anak muda yang berbisnis ini. Saya mencoba menyarikannya untuk Anda. Siapa tahu Anda tertarik untuk menyambi bisnis ini.
1. Kuasai medsos terutama Instagram
Berjualan buku secara onlen tetap membutuhkan ruang pajang. Butuh semacam toko dalam dunia maya. Dan toko semacam itu yang paling cocok adalah Instagram alias IG. Tentu bagus jika Anda juga punya akun Twitter atau Facebook. Tapi akun utama Anda tetap IG. Kembangkanlah akun-akun itu sebelum bisnis dimulai. Jangan langsung jualan. Isi dengan review singkat soal buku, atau komentar ringkas Anda soal buku. Jangan cuma memajang foto sampul buku.
2. Berkenalan dengan penerbit
Buku yang Anda jual berasal dari penerbit. Maka hal utama yang harus Anda lakukan adalah berkenalan dengan pihak penerbit. Bermain saja. Berkenalan. Berkawan baik dengan mereka. Ikuti IG mereka sehingga Anda tahu produk-produk khas mereka, karakter mereka, dan pasar yang mereka bidik.
3. Belajar dari toko buku yang sudah lebih dulu ada
Toko buku onlen di Indonesia jumlahnya ratusan. Itu belum imbang dibanding banyaknya penerbit dan jumlah buku yang diterbitkan. Amati barang 5 sampai 10 akun toko-toko buku itu. Pelajari cara mereka bekerja dan mempromosikan buku. Kalau perlu kenalan dengan mereka. Atau magang sejenak. Bisa hanya dua jam atau tiga jam dalam sehari. Bisa dimulai dari admin medsos atau membungkusi paket buku.
4. Cari ceruk yang belum banyak dimasuki toko buku onlen
Setiap toko buku onlen pasti punya karakter yang khas. Saya ambil contoh misalnya Toko Buku Berdikari. Toko yang dimiliki Dana ini melesat cepat di Yogya. Buku yang dijual adalah buku-buku politik. Tentu saja Berdikari menjual buku lain, namun prioritas utamanya adalah buku-buku politik. Atau toko buku Dema di Jakarta. Ini juga salah satu toko buku keren. Mereka paling banyak menjual buku-buku sastra.
Setelah mempelajari semua, coba ambil tema buku yang spesifik. Misal: buku sepakbola dan olahraga; atau buku soal pelajaran sekolah; bisa juga buku soal ilmu sosial; bagus juga jualan buku bertema agama, dll. Tapi itu bukan berarti Anda tidak menjual buku lain ya…
5. Mulailah belajar menjual
Sekarang saatnya melakukan praktek menjual. Belilah dari pihak penerbit dengan harga diskon. Pihak penerbit pasti mau. Sebab mereka membutuhkan toko buku onlen. Rata-rata mereka memberi diskon antara 30-45 persen ke toko buku onlen. Besar bukan?
Jangan ambil banyak-banyak. Ambil misalnya 10 judul buku dulu dengan masing-masing judul 3 atau 4 eksemplar. Segera berjualan.
Jika sudah hampir habis, beli lagi. Lalu jual lagi. Jika cepat laku, jangan terlalu puas. Semua harus dilakukan secara bertahap. Jika susah laku, kesabaran dan keuletan Anda sedang diuji. Itu pelajaran bisnis yang paling penting.
6. Sigap dan ramah kepada konsumen
Konsumen buku itu biasanya cukup loyal. Tapi mereka punya karakter mudah kecewa. Jadi jika ada konsumen yang bertanya, jawab dengan baik dan ramah. Jika mereka pesan dan sudah menransfer uang, segera kirim. Segera! Jangan ditunda. Sekali Anda menunda, itu artinya memberi peluang bagi Anda untuk malas dan berarti bersiap melukai hati konsumen.
7. Beri gimmick murah meriah namun mengena
Salah satu reseller buku di Yogya ada yang di setiap kirimannya memasukkan permen lolipop. Ada juga yang diberi pita warna-warni. Bahkan ada yang didalamnya diberi jamu Tolak Angin. Tampaknya itu sepele. Tapi sebetulnya hal seperti itu akan membuat konsumen Anda terkejut, tertawa, dan kemudian loyal dengan Anda. Kalau pas membeli banyak buku, kasih gratis satu buku juga tak mengapa.
8. Naikkan kuantitas judul
Setelah bisnis berjalan baik, Anda punya konsumen tetap, akun medsos juga dikelola dengan baik, naikkan jumlah judul. Tapi tetap terkontrol. Perhatikan ruang simpan Anda. Sesuaikan dengan itu.
Pembeli buku biasanya akan membeli buku tidak hanya satu. Misal, para pembeli buku novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, biasanya akan bertanya buku yang Anda miliki dari penulis yang sama. Nah, Anda bisa memberitahu kalau dari penulis yang sama punya buku ‘Para Bajingan yang Menyenangkan’, ‘Dunia Kali’, ‘Menanam Padi di Langit’ dll.
Atau Anda yang proaktif. Begitu misalnya ada pembeli buku ‘Kelakuan Orang Kaya’ tawari: “Kak, saya punya juga buku lain dari penulis yang sama, lho…”
9. Boleh ramah tapi jangan ganjen
Ramah itu penting. Sigap juga penting. Tapi keganjenan itu jelek. Pembeli punya privasi. Jangan coba-coba ganggu privasi mereka dengan pertanyaan-pertanyaan tolol seperti: “Umur kakak berapa ya?”; atau “Kakak sudah kerja di mana?” Dll. Kecuali mereka yang memang ingin akrab. Sebab banyak juga yang pengen punya teman dan supaya kalau pesan buku promo bisa cepat.
10. Tandai pelanggan setia
Jika ada pelanggan yang setia, sudah membeli 5 kali misalnya, Anda harus menandainya. Tidak ada salahnya Anda memberi prioritas kepadanya dalam hal jika ada paket buku murah, atau preorder buku laris. Anda bisa memberinya informasi terlebih dulu, dan memberi potongan harga. Kenapa tidak? Pembeli yang loyal akan balik lagi, dan akan memberitahukan kepada orang lain. Mereka diam-diam akan ikut memasarkan toko buku onlen Anda.
Bagaimana? Sudah siap? Jangan tunda lagi. Selamat berbisnis…