Sebagaimana sebuah komunitas pada umumnya, Komunitas Ring Satu juga punya istilah tertentu. Salah satu istilah tersebut adalah ‘kluthik’ yaitu merujuk pada kondisi sedang tak punya banyak uang.
Sejak bebeapa hari lalu, Andy Eswe mengaku kluthik. Tapi sengaja di antara kami tak ada yang merespons. Sebab begitu kita respons, dia langsung membabi ngepet, menyedot dirham dari rekening kami.
Tapi bagaimanapun juga, hati kami ini penuh welas asih. Mas Agus Noor, sebagai salah satu orang kaya di Ring Satu (selain tentu saja Kanjeng Kreweng alias Pak Butet), akhirnya urun saran. Dia menawari beberapa pekerjaan selama seminggu. Setelah dihitung total, Eswe bisa mendapatkan uang sejumlah 9,5 juta. Bukan uang yang sedikit, tentu saja.
Salah satu tugas Eswe adalah menjadi ‘bagong-bagongan’. Kalau Anda belum tahu profesi itu, saya jelaskan sedikit. Mas Agus Noor mau pentas di acara Mocosic Festival bersama band-nya dengan membawakan puisi-puisinya. Tugas Eswe adalah berdiri paling depan di antara penonton, kalau perlu naik pagar pembatas, terus berjoget dengan antusias. Jogetan itu akan memancing orang untuk berani berekspresi. Dan menambah situasi pementasan supaya cepat cair.
Sebagai seniman wani isin, tentu ini jenis pekerjaan yang pas buat Eswe. Kerja sebentar, paling sejam. Dapat dirham lumayan.
Selagi Mas Agus menjelaskan soal itu di grup, Eswe langsung memotong: “Mas, kamu tu kok sukaknya bikin kawan sendiri rekasa. Ha mbok langsung tinggal transfer ke rekening saya ja. Ndak usah pake kerja yang aneh-aneh gitu…”
Dengan nada geregetan, Mas Agus bilang, “Kata almarhum Romo Mangun, kalau mau menolong orang, jangan kasih ikan, tapi kasih kail dan joran, Ndy…”
“Haaa Romo Mangun tu orangnya aneh-aneh aja. Kalok ikannya diternak kan bisa. Ngapain mancing terus. Lagian, siu tu jangan dikit-dikit manut sama budayawan dan agamawan, sok-sok mereka tu kalok ngomong njlomprongke je.”
“Lho kamu kok menghina Pak Ong, Ndy?” Bah Ong alias Ong Hari Wahyu, memang dikenal di Ring Satu sebagai orang yang punya hobi mancing.
“Kalok nelayan mancing ikan, itu jelas. Haa kalok seniman mancing ikan itu tandanya tiga: kurang kerjaan, gak ada job-joban, sama lagi kesepian…”
Bah Ong tidak merespons pancingan Andy. Dia tahu, sekali merespons, bisa-bisa truwelu itu segera melompat ke rumahnya, minta ditraktir makan dan ndhodhosi dirhamnya.
“Ya sudah, kamu ntar malam menemani aku nonton wayang saja di PKKH, Ndy…” akhirnya Mas Agus memberi tawaran kerjaan yang menyenangkan.
“Berapa fee-nya?”
“500 ribu ya?”
“Ya dah ndak papa. Tapi sama rokok Djarum Super isi 16 sebanyak dua bungkus lho ya… Tur saya dijemput ndik kosan saya. Terus sebelum nonton, makan kambing di Bang Udin dulu.”
Mendadak Bah Ong masuk, menulis: “Ini kok mulai ada batur ngatur juragan ya?”
Perut saya langsung kemeng akibat kepingkel-pingkel.