Kemarin, waktu mau salat Subuh di masjid, kopiah andalan saya lenyap. Mungkin ketelingsut. Maklum, saya pelupa. Saya lalu minta bantuan ibu Kali untuk menemukannya. Dia menyerah. Ya sudah. Akhirnya saya memakai kopiah yang lain.
Sore hari, saya iseng bertanya kepada Kali soal kopiah itu. Bocah itu pun menggelengkan kepala. Tak lama kemudian, dia bilang bisa menemukan kopiah itu. Sekalipun agak jengkel, saya tersenyum masam. Paham kalau kopiah itu sengaja disembunyikan oleh Kali. Akhirnya setelah memintanya jujur, Kali mengaku menyembunyikannya. Dia memang punya bakat ngisengin orang.
“Bapak, itu kopiah siapa?” tanya dia sambil menunjuk kopiah cadangan saya.
“Kopiah Bapak…”
“Bagus, Pak.”
“Kali mau?”
“Mau.” Lalu dia mencoba kopiah itu. Agak kebesaran dikit, tapi tetap bisa dipakai dan terasa pantas. “Untuk Kali ya, Pak…”
“Ya, Nak.”
“Bapak senang gak kalau kopiah Bapak dipakai Kali?”
“Senang…” jawab saya datar. Saya mulai waspada atas perkataan Kali selanjutnya.
“Kalau senang, berarti Bapak mestinya membelikan Kali coki-coki, dong. Kan Kali bikin Bapak senang…”
Lha rak tenan. Sudah kuduga!