Ada tiga ajaran kritik dari guru saya yang sangat penting. Sekalipun poin-poin ajaran ini tampak klise, tapi percayalah bahwa hal tersebut tidak mudah. Jika cocok buat Anda, silakan diambil.
Pertama, jika Anda berkarya kemudian dikritik, jangan pernah membalas. Kritik itu bagian tak terpisahkan dari karya. Orang yang mengritik telah memberikan energi, pikiran, dan waktunya, untuk karya Anda. Kritik tidak untuk dibalas, karena kritik itu untuk karya Anda. Kecuali ada orang lain yang punya pemikiran dan tafsir yang berbeda atas karya Anda. Mereka boleh bakukritik.
Satu-satunya alasan Anda untuk membalas adalah jika Anda difitnah. Kadang orang tak bisa membedakan kritik dan fitnah. Misalnya Anda membuat buku, lalu buku itu dibilang jelek dan bla bla bla, maka Anda seyogianya tidak perlu membalas. Anda tidak boleh mengendalikan pemikiran orang atas karya Anda. Namun Anda berhak bersuara jika misalnya dituduh plagiat. Itu fitnah. Hukumnya wajib dilawan.
Kedua, jika Anda mengritik orang, pastikan bahwa hal itu bukan karena benci. Misalnya, sebagai warganegara, Anda berhak mengritik Jokowi. Tapi sebelum itu Anda lakukan, pastikan tidak ada rasa benci. Sebab benci itu seperti api. Panasnya membakar akal sehat Anda, dan asapnya mengganggu kejernihan pandangan.
Ketiga, Anda harus mengenali diri Anda sebelum menerima kritik dan pujian. Sesuaikan cara pandang atas dua hal itu dengan karakter Anda. Kalau Anda mudah tersinggung karena kritik, dan mudah menggembung karena pujian, anggap kedua hal itu tidak penting. Tapi jika sebaliknya, dikritik bisa membuat maju, dipuji bisa mendorong semangat hati, anggap keduanya penting.
Selamat menikmati Senin…