Laut Jawa sedang berombak. Hal tersebut tentu berimbas ke suplai ikan di beberapa wilayah di Pulau Jawa. Fungsi Laut Jawa bukan hanya menyuplai kebutuhan ikan untuk penduduk yang mendiami Pulau Jawa melainkan juga “mengantar” suplai ikan dari pulau-pulau lain ke pulau paling padat penduduknya ini.
Warung Mas Kali tentu kena imbas persoalan cuaca. Tapi kami beruntung karena penyuplai ikan kami bekerjasama dengan kelompok-kelompok nelayan di Pantura sehingga mendapatkan “prioritas”. Sekalipun demikian, alam tetap tidak bisa diganggu gugat. Ada jenis ikan-ikan tertentu yang tetap susah didapatkan, misalnya kakap merah, kakap putih dan cakalang. Terlebih penyuplai ikan kami termasuk jenis orang yang mengutamakan kualitas. Bisa dapat kakap tapi kalau tidak segar buat apa? Dalam hal ini kami setuju. Tapi selalu ada gantinya. Selalu ada ikan untuk kita. Persoalan hari ini ikan apa, itu seninya. Justru hal itu yang sedang kami nikmati sebagai “keunikan” menjual menu berbahan ikan.
Kali ini, selain beberapa jenis ikan, kami menyediakan ikan tuna. Sebelum lebih jauh mengenal tuna, kita kenali dulu karakter “manusia pemangsa ikan”. Biasanya mereka makan ikan apa saja asal dari laut, bukan ikan air tawar (lele, gurame, nila, mujair, dll). Mereka juga menyantap ikan yang dibudidayakan di air payau seperti bandeng. Mereka bukan anti makan ikan air tawar. Hanya membedakan. Sebab dari rasanya memang berbeda. Mereka makan ikan air tawar jika tidak ada lagi pilihan ikan laut.
Penyuka ikan laut belum tentu makan seafood. Istilah “seafood” ini saya pakai dengan pengertian awam, yakni untuk menyebut deret ini: kerang, udang, kepiting, cumi. Kadang alasannya bukan karena tidak suka tapi karena misalnya takut kolestrol naik. Saya termasuk orang yang tidak berani makan banyak untuk jenis seafood.
Baru kemudian dibagi lagi dua jenis “mazab”: penyuka ikan pelagis (kadang ditulis pelagik), dan ikan karang. Ikan pelagis itu ikan yang hidup di kedalaman 0 sd 200 meter di bawah permukaan laut, misalnya tuna, cakalang, kembung, teri dll. Ikan-ikan ini adalah perenang cepat. Lalu ada orang yang suka makan ikan karang. Misalnya: kakap merah, kerapu, kakap putih, dll. Ikan-ikan ini cenderung berenang pelan. Tenang. Ada di antara karang. Kedua mazab ini sekali lagi juga bukan untuk saling menegasikan. Ini soal mana yang lebih disukai. Kalau saya sendiri, lebih suka ikan pelagis. Maka surga makanan saya ada di Manado dan Bitung. Di sana ada ikan namanya ikan tude, mirip ikan kembung. Enaknya minta ampun walaupun harganya juga minta ampun. Ikan asap di Malalayang juga super, sama mantapnya dengan cakalang asar (asap) di Ambon. Tapi saya suka juga ikan karang. Terutama yang cara masaknya dibuat sup. Jika saya sedang makan sup bagian kelopak mata dan bibir kakap merah, istilah orang Makassar: mertua lewat tak peduli!
Tuna berasal dari bahasa Yunani kuno “tyno” yang artinya: melesat. Ikan tuna memang punya kecepatan berenang yang dahsyat, rerata 70 km per jam. Kalau tidak melesat, ia mati karena aliran darahnya membeku. Maka kalau Anda suka memancing ikan di laut, ada teknik sendiri untuk memancing ikan jenis ini yakni ditonda. Bisa juga pakai layang-layang atau kapal harus terus melaju. Intinya, karena ia terus bergerak melesat, umpannya juga harus yang bergerak terus.
Kalau tidak salah, dulu Jepang pernah protes ke Indonesia. Karena perairan Jepang “hanya” dilewati ikan-ikan jenis tuna tertentu, dan ketika besar, ikan-ikan tersebut pas berada di perairan Indonesia. Kalau Anda mau belajar sejarah pencurian ikan, itu satu noktah kecil dari sekian kompleksitas dunia pencurian ikan. Saya rekomendasikan Anda tinggal di Bitung, Kei dan Halmahera Utara untuk tahu benar dunia pencurian ikan. Tidak sesederhana yang kita pikirkan. Kalau tidak memahami itu, Anda akan bingung membaca berita: kenapa saat Menteri Susi mengeluarkan kebijakan membakar kapal pencuri ikan, nelayan Bitung justru melakukan demonstrasi menentangnya? Nah, loh! Hehe…
Balik ke tuna lagi. Tekstur tuna yang lebih “berotot”, juga dagingnya yang gurih dan manis, membuat ikan ini mendapatkan tempat tersendiri bagi pencinta “makang ikang”. Sebetulnya cakalang termasuk dalam keluarga tuna. Maka banyak orang awam yang tidak bisa membedakan bentuk dan rasa kedua ikan ini. Memang mirip.
Hanya ada satu tuna saja yang paling tidak enak di seluruh dunia. Namanya: tuna asmara. Kalau tidak percaya tanyakan saja kepada Bilven Sandalista.
——–
Warung Mas Kali: Jalan Damai 168-A Yogyakarya.
Catatan: gambar diambil dari wikipedia.