Saya akan membicarakan salah satu dasar penting kepenulisan. Kebetulan, barusan saya melihat Kali bermain lego. Untuk mempermudah penjelasan ini, saya akan memakai contoh lego.
Untuk bermain lego, kita membutuhkan setumpuk bahan lego. Selain itu, kita butuh tahu bagaimana memasang lego. Dan juga kita butuh buku manual pemasangannya. Untuk yang terakhir itu, jika sudah jadi, dibongkar lagi untuk dibikin ulang bentuk-bentuk baru. Kali sering melakukan hal itu. Begitu lego-nya jadi, dicopoti, dipasang dalam bentuk-bentuk baru.
Dalam menulis, kita butuh ketrampilan menulis itu sendiri. Ketrampilan itu menyoal bagaimana kita bisa membuat kalimat, paragraf, menyambungnya. Ini soal membuat narasi, deskripsi, argumentasi, dsb-nya. Tentang bagaimana mengolah detail, membuat plot, menyajikan karakter, dan sejenisnya. Dalam lego, ini soal bagaimana kita tahu bagaimana menyambung dan membentuk lego sesuai kaidah umumnya. Menulis itu ilmu. Begitu dia jadi ilmu, ada sistematika dan strukturnya. Bisa dipelajari.
Kemudian kita butuh bahan. Pernik-pernik lego itu sendiri. Bahan itu bisa kita dapat dari mana saja: membaca buku, menonton film, melakukan pengamatan, wawancara, dll.
Ketiga, ini yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan membangun lego tanpa buku manual. Inilah imajinasi. Sekotak besar lego bisa kita jadikan apa saja dengan ketrampilan kita, dan untuk membuatnya butuh imajinasi yang kuat. Seorang penulis juga begitu. Ketika sudah terampil, punya bahan yang banyak, saatnya dia mengolah sendiri berdasarkan imajinasi terbaiknya.
Selama ini, pelatihan menulis hanya soal ilmu menulis. Bagaimana membuat kalimat, paragraf, narasi, plot dll, yang dulu banyak kita pelajari juga ketika sekolah. Tapi dua yang lain, jarang sekali kita sentuh: pengayaan bahan dan penajaman imajinasi. Itu sebabnya dulu, saya memutuskan tidak mau lagi mengajar kelas menulis. Bosan mengajar itu-itu saja selama bertahun-tahun.
Di buku terbaru saya, ada latihan dasar yang mengembangkan pengayaan bahan dan penajaman imajinasi. Itu latihan dasar.
Tentu saja tetap penting melatih ketrampilan menulis kita secara keilmuan. Tapi jangan lupakan dua yang lain.