Seorang khatib sekaligus imam salat Jumat, mempersiapkan dengan baik materi khotbahnya, termasuk bacaan ketika mengimami. Karena belum pernah memimpin jamaah yang besar, dia agak grogi.
Ketika tiba saatnya untuk khotbah, awalnya dia grogi. Tapi lalu mengatasi rasa grogi itu. Khotbah berlangsung dengan lancar.
Saat mengimami salat tiba. Dia makin percaya diri. Begitu takbir, dia lupa membaca Alfatihah, langsung membasa Sabihisma. Makmum segera mengingatkan dengan menyeru: Subhanallah. Sang imam meras diingatkan kalau keliru, lalu mengulang bacaannya. Dipikirnya: mungkin ada ayat yang kelewat. Lalu kembali mengulang membaca Sabihisma.
Makmum kembali mengucapkan: Subhanallah. Sang imam mulai grogi. Dia lalu mengulang dengan membaca: Alkafirun. Lagi-lagi, makmum membaca: Subhanallah, untuk mengingatkan kekeliruan sang imam. Makmum juga mulai bingung, karena dalam aturan salat, mereka tahu hanya ada instrumen mengingatkan imam dengan mengucapkan: Subhanallah.
Sang imam makin grogi. Supaya tidak berlarut-larut, dia membaca: Al-ikhlas. Surah yang ringkas dan pasti dia hapal. Akhirnya salah satu makmum yang kesal langsung teriak, “Sampeyan durung maca Fatihah, Kaaaang!”
(Berdasarkan kisah nyata, yang diceritakan dalam pengajian Gus Baha’)