Kalau Anda menghabiskan masa remaja di kampung atau kota kecil, sungguh kisah ini biasa saja. Kisah anak-anak remaja yang suka nongkrong di pos ronda.
Paling apa sih yang dilakukan mereka? Belajar merokok, belajar minum alkohol, mencuri buah-buahan, sambil memutakhirkan pengalaman seksual mereka.
Demikian juga sebut saja namanya Dodo yang hidup di sebuah kota kecil di Pantura. Kisah ini terjadi di pertengahan tahun 80an.
Kelompok remaja itu sedang hobi nginjen orang kenthu alias mengintip pasangan berhubungan seks. Salah satu target mereka adalah pasangan muda, sebut saja namanya Naryo dan istrinya.
Tapi sayang, sudah berkali-kali mereka nginjen namun tidak pernah berhasil. Naryo dan istrinya tidur pulas di samping anaknya yang masih berusi dua tahun. Akhirnya Dodo mengeluarkan teori, satu-satunya yang bisa membuat pasangan tersebut berhubungan seks adalah jika sama-sama terbangun. Supaya terbangun, anak mereka yang masih kecil itu harus dibangunkan.
Akhirnya mulailah Dodo membuktikan teorinya. Dengan berbekal biting sapu lidi yang dimasukkan di sela-sela dinding papan kayu, Dodo berusaha membangunkan Si Anak. Berhasil. Si Anak menangis. Kedua pasangan itu pun bangun. Tapi begitu anak mereka sudah tidak menangis lagi, mereka kembali tidur.
Bermalam-malam selalu itu yang terjadi. Teman-teman Dodo mulai mencibir dan protes. Lebih baik mencari target lain. Tapi Dodo bersikukuh. Dia mencoba terus. Akhirnya berhasil. Si Anak bangun, pasangan Naryo ikut bangun, Si Anak tidur, pasangan Naryo nungklik.
Keberhasilan itu membuat Dodo jadi pahlawan di antara teman-temannya. Dua tiga kali hal itu terjadi.
Hingga yang keempat kali. Sambil nginjen, mulailah Dodo menggerak-gerakkan lidinya untuk membangunkan Si Anak…
“Mas Dodo…”
Dodo diam. Semua pikiran dan energinya fokus menggerak-gerakkan lidi.
“Mas Dodo…”
Sadar dirinya dipanggil, segera dia menyahut tapi konsentrasinya tetap pada lidi dan usaha membangunkan bocah kecil, “Kosik to, sabar…”
“Mas Dodo…”
“Ssssh! Sabar to, wong anake we isih rung tangi…”
“Mas Dodo…”
Dodo tercekat. Dia merasa kenal suara itu. Lalu matanya cermat mengintip di dalam kamar. Wah, kok Naryo gak ada di dalam kamar? Hanya ada istri dan anaknya?
“Mas Dodo…”
Jangan-jangan…
“Mas Dodo…”
Akhirnya Dodo menoleh ke suara orang yang memanggilnya. Lha rak tenan! Naryo!
“Mas Dodo…”
Mulut Dodo spontan menjawab, “Mas Naryo…”
Sebelum Naryo sempat menjawab lagi, Dodo langsung nyerocos, “Lho, Mas… Sik to, kowe ki kok isa malah neng kene ki piye? Kudune kan kowe neng njero kamar?”
Naryo terdiam. Dia tidak siap dengan pertanyaan itu. Tepat di saat itulah, Dodo lari kencang sekali ke arah pos ronda.
Dan di sana, teman-teman sebayanya sudah menunggu sambil tertawa ngakak… Mereka sudah lebih dulu kabur begitu tahu, Naryo mendekati mereka. Hanya Dodo yang tidak tahu sebab fokus membangunkan anak kecil…