Kalau ada teman mengeluh tentang nasib kariernya di bidang tertentu, saya tidak bisa membantu banyak. Kalau Pak Butet punya semacam falsafah hidup ‘Urip mung mampir ngguyu’, yang dibedah dengan sangat apik dan jernih oleh Prof Faruk, bahwa dalam falsafah itu yang penting justru kata ‘mung’, maka kira-kira saya ini ya punya semacam falsafah kecil-kecilan dalam hidup ini: urip mung waton ngglundhung.
Saya mulai menulis (kembali) tahun 1999. Menetapkan diri jadi penulis, tahun 2002, dan baru di tahun 2008, saya mulai sedikit yakin bisa hidup dari menulis. Itu pun kalau ditanya ya tetap tidak tahu dari mana asal kepercayaan itu. Hanya mulai yakin saja. Artinya, dibutuhkan rentang ‘nglakoni’ profesi itu sekitar 9 tahun.
Suatu saat jika Tuhan memberi umur panjang, selain menulis, saya misalnya juga pengen jadi fotografer, maka ukuran 9 atau 10 tahun itu jadi ukuran saya pribadi. Kalau saya belajar serius dunia fotografi misalnya tahun 2020, maka tahun 2030, Insyallah saya siap berprofesi jadi forografer. Kalau saya misalnya pengen berbisnis jual-beli jam tangan bekas, maka saya sdh punya ukuran, saya mesti menggeluti profesi itu dgn penuh kesabaran minimal 9 tahun.
Ada teori lain yg dipercaya orang, untuk menjadi ‘ahli’ di bidang tertentu, seseorang rata-rata membutuhkan waktu ‘serius dan fokus’ selama 10.000 jam. Kalau kita tidak tidur dan tidak makan, berarti kita butuh 500 hari utk jadi ahli tertentu. Kalau belajar kita hanya bisa fokus 5 jam, berarti butuh waktu 2.500 hari. Tanpa libur. Kalau pake libur, ya silakan dihitung sendiri. Saya percaya teori itu. Karena kurang-lebih sama dengan apa yang saya simpulkan dalam hidup saya, melalui pengalaman saya sendiri.
Jadi, dalam banyak hal, di hidup ini, kita tidak boleh terburu-buru. Krn terburu-buru akan membebani diri sendiri. Makin terbebani, makin mudah putus asa. Sekali kita berhenti, kita makin bingung krn jalan utk balik sdh kadung jauh dan penuh belukar.
Dinikmati saja. Sabar. Semua belum tentu indah pada waktunya, tapi hidup bagi banyak orang, seperti saya, tak memberi banyak pilihan. Mencoba menikmatinya adalah laku sehat dan mulia.