Kalau diringkas, kira-kira begitulah salah satu inti mengaji dari Gus Baha’. “Kalau kuat naik haji ya naik haji. Itu bagus karena masuk dalam rukun Islam. Tapi ya harus tahu ilmunya. Kamu naik haji, pulang ke rumah dikunjungi orang-orang kampung. Terus kamu bilang, ‘Pokoknya rugi jadi muslim kalau tidak naik haji, tidak sowan ke Kanjeng Nabi’. Omongan seperti itu menyakiti banyak orang yang tidak kuat berhaji…
“Ibadah hajimu belum tentu diterima, mulutmu sudah pasti menyakiti tetangga-tetanggamu. Makanya jadi muslim itu yang biasa saja. Karena saya orang alim, ya ibadah saya mengajar. Kalian yang awam, tugasnya belajar. Orang kaya ibadahnya sedekah. Orang miskin ibadahnya bersabar.
“Manusia itu diciptakan tujuannya supaya beribadah kepada Tuhan. Masalahnya, definisi ibadah kita itu sering cupet. Ibadah itu kan tidak hanya salat, puasa, haji, sedekah, dll. Momong anak ya ibadah, mencari rezeki ya ibadah, kumpul silaturahmi dengan kawan ya ibadah, makan ya ibadah, tidur ya ibadah. Makanya kalau tidur ya diniati ibadah, daripada kalau tidak tidur nanti malah ghibah, mabuk-mabukan, pergi ke tempat prostitusi….
“Jadi orang jangan terlalu khusyuk. Orang Khawarij itu khusyuk-khusyuk…”
Pendek kata, mengikuti ngaji bersama Gus Baha’ membuat otak kita siap berjumpalitan.
“Kamu punya uang banyak. Terus ada orang menjual tanah strategis di pinggir jalan. Kamu kuat membeli. Tapi tidak kamu beli. Kalau tanah itu kemudian dibeli orang lalu dipakai menjadi tempat maksiat, kamu ikut berdosa. Makanya kalau ada orang baik yang kaya, kalian harus suka. Setidaknya dengan uang di tangannya, dunia tidak bertambah buruk.”
Saya kemudian ingat Pak AR Fachrudin. Beliau pernah memantik kontroversi ketika ditanya apakah uang hasil menang SDSB boleh dipakai membangun masjid? Beliau menjawab: boleh. Jawaban teesebut menimbulkan polemik. Karena dalil yang sering dipakai adalah uang untuk kebaikan harus dari uang yang baik. Jawaban beliau sangat masuk akal: Lha kalau duit hasil keburukan hanya boleh untuk keburukan, makin buruk dunia ini. Uang satu miliar hasil menang SDSB kalau tidak boleh dipakai untuk kebaikan berarti boleh dipakai untuk berbuat kejahatan. Padahal uang itu sangat besar pada zaman tersebut.
Gus Baha’ punya kemiripan pendapat dengan Pak AR Fachrudin. Banyak sekali pemikiran Gus Baha’ yang menarik dan kontekstual dengan persoalan muslim zaman sekarang.
Coba kalau Anda sempat, cari di Youtube yang dia dipanel dengan salah satu putra Mbah Maimun. Sama-sama orang alim. Gus Baha’ membantah asumsi salah satu petinggi TV9, yang menyatakan sinetron itu mengajarkan ibu-ibu hal yang gak bener. “Ya belum tentu. Wong buat ibu-ibu, sinetron itu hanya hiburan kok. Seharian capek dan sumpek ngurus rumah. Daripada ngrasani tetangga, nukari bojo, aluwung nonton teve…”
Tepak, Gus… Masuuuuk! Gak perlu pakai teori resepsi atau bahasa yang akademik, jawaban Gus Baha’ cespleng!