Kalau ada sesuatu yang saya cintai dengan keras kepala, sampai lebih dari 22 tahun, sesuatu itu bernama AS Roma.
Saya tumbuh sebagai orang yang biasa-biasa saja dalam sepakbola. Hingga saya nebeng ngontrak di sebuah kontrakan yang berisi belasan orang pencinta sepakbola. Lalu saya suka Fiorentina karena ada Batistuta, dan ketika Batistuta pindah ke Roma, saya memilih ikutan memindahkan hati saya.
Roma tidak untuk dipertanyakan tapi untuk dicintai, begitu salah satu slogan fans Roma yang ditatah dalam lirik lagu fans. Dan begitulah saya dengan Roma. Tak begitu penting Roma menang atau kalah. Menang senang. Kalah sedih. Tapi cinta adalah cinta sebagaimana sepakbola adalah sepakbola.
Hingga tiba Mourinho melatih Roma. Dan tiba-tiba saya tergerak untuk menulis novel tentang perasaan dan pengalaman saya dalam mencintai Tim Serigala ini. Novel itu saya buat dengan teknis ‘cerita bersambung’, yang dimuat secara reguler di Mojok, setiap hari Senin dan Kamis, diunggah bakda Magrib. Sekarang sudah ada 9 tulisan. Kalau Anda mau membaca, tinggal ketik saja di google: Mojok Cerbung.
Untuk mempermudah penggarapan, saya mengambil tokoh utama Mou, dan karya itu coba saya beri sentuhan-sentuhan lokal. Tantangannya tentu banyak, tapi saya menikmati proses ini. Loyalitas fans, cinta yang keras kepala, kebesaran hati mereka, menjadi hal paling dominan di sana. Sebab bagi saya, Roma lebih penting dari sepakbola, dan hanya dengan perasaan seperti itulah, saya bersedia menulis seminggu dua kali entah sampai berapa lama. Setiap menulis, saya selalu membayangkan di sebuah sore, pada pukul empat sore, di sebuah lapangan sepakbola, dengan bau rumput yang terlindas sol sepatu.
Selamat membaca, jika suka ?