Saya bukan seorang bapak yang pemberani. Terutama jika memang berhubungan dengan pola momong anak.
Mei nanti, Kali akan berumur 4 tahun. Dan saya hampir tidak pernah berani mengajaknya keluar rumah sendirian. Keluar rumah yang saya maksud adalah misalnya pergi berdua mengantarnya sekolah, pergi ke toko buku, menonton film di gedung bioskop, membeli makan berdua, semacam itulah. Kalau hanya keluar rumah menemaninya bersepeda keliling kompleks perumahan kami sih sudah biasa.
Padahal setiap hari, jika berada di Yogya, minimal saya bersama Kali 5 jam dalam sehari. Sering kali malah lebih. Kadang kalau tidak ada kerjaan bisa 10 jam. Saya menemaninya tidur, menemani bermain, mendongeng, menonton Youtube, dll. Tapi ya itu… hanya di dalam rumah. Atau di sekitar rumah. Kalau sudah keluar rumah, mesti butuh bertiga bersama Istri.
Berbeda dengan istri saya, dia hampir setiap hari keluar rumah berdua bersama Kali. Mulai dari mengantar sekolah, sampai berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Kali memang memiliki energi yang agak luarbiasa untuk anak seumurnya. Kalau dia berlari, sering merepotkan siapapun yang bersamanya. Kalau dia meronta, meminta, apalagi menangis, butuh energi lebih untuk menanganinya.
Padahal sebagai seorang bapak, saya mulai punya keinginan pergi berdua bersama Kali. Terutama ke toko buku, atau ke lapangan futsal. Atau mungkin sekadar jalan saja berdua, keliling kota. Bersenang-senang. Hanya kami berdua. Antara seorang bapak dengan seorang anak.
Tapi berdasarkan pengalaman saya, semua itu tak berani saya lakukan.
Hingga tiga hari yang lalu, dengan “terpaksa” saya harus mengantar Kali latihan taekwondo sendirian. Sebab istri saya sedang ada urusan penting. Hari juga mendung sekali, bahkan sudah mulai turun rintik hujan. Akhirnya saya berdiskusi dengan Istri, saya mengambil risiko pergi berdua dengan Kali. Harus ada kali pertama.
Akhirnya kami jalan berdua. Ngobrol di dalam mobil. Setiap kali dia mau polah agak membahayakan, seperti misalnya melompat-lompat di dalam mobil, atau memegangi tangan saya yang sedang menyetir sehingga bisa membahayakan diri kami dan orang lain, saya berteriak menyanyi lagu Silampukau yang sudah saya setel sedari berangkat. Akhirnya Kali ikut bernyanyi. Kalau dia mau polah lagi, saya tunjukkan mobil-mobil di sekitar kami, sambil saya minta dia menebak merek mobil-mobil tersebut.
Alhamdulillah semua lancar. Sampai kami pulang. Dia memang sedikit bikin ulah di tempat latihan takwondo, tapi tidak ada masalah. Semua masih wajar.
Ketika sampai di rumah, saya merasa level saya sebagai seorang bapak naik satu strip.