Ndas manyung alias kepala manyung, mulai disukai di Yogya. Selain dangdut koplo, Mataram mulai ‘didefinisikan’ oleh pantura melalui kuliner. Itu pun bukan sembarang kuliner. Ini kuliner jenis ‘hardcore’.
Tentu saja, beberapa hal sudah dikompromikan. Misalnya ndas manyung yang diolah sudah bukan yang segar melainkan telah diasap dulu. Awalnya saya kira ini urusan teknis. Karena ndas manyung segar jika dikirim ke Yogya tanpa diasap dulu punya potensi mudah busuk. Tapi sekaligus hal ini melengkapi aspek kompromis. Setidaknya bau amis ndas manyung bisa dikurangi. Upaya kompromi lain adalah menurunkan derajat pedasnya. Tentu saja yang banyak dikurangi adalah pedas merica. Mungkin separuh lebih, takaran merica pada olahan mangut manyung ala pantura dikurangi.
Di Yogya yang sedang ngehits adalah mangut manyung Pak Kholis. Lokasinya agak ke daerah selatan. Kalau mau ke wilayah utara saya rekomendasikan ini: ndas manyung joglo pantura. Ini juga cadas. Di warung makan ini, ada ukuran kecil, sedang, dan besar. Di foto inu adalah ukuran sedang.
Jika Anda malas mencarinya, bisa pesan via Gofood. Tulis saja: ndas manyung. Nanti muncul ‘joglo pantura’. Pilih menu di sana. Kalau mau datang langsung, bisa juga. Tempatnya lega. Hanya saja kalau parkir mobil mesti gantian. Tapi tak mengapa.
Ketika ndas manyung mulai merangsek ke jantung Mataram, bercengkerama dengan dangdut koplo, maka ke depan kita akan menatap Yogya dengan cara yang berbeda.
Huh hah!