Semalam, Kali susah makan. Gak mau makan. Sebetulnya ini hal yang biasa saja. Tapi karena ibunya kecapekan, saya mencoba mencari cara. Akhirnya saya ajak dia keluar rumah: “Bapak akan mengajak Kali ke kantor nDrono, ya… Ketemu om-om yang sedang bekerja.”
Kali langsung girang. “Tapi janji ya, kalau sudah sampai sana, Kali harus makan.”
“Siap, Bapak!” Kali berjanji dengan semangat.
Sejak kecil, saya membisakan Kali tahu apa pekerjaan bapaknya. Saat saya menulis pakai laptop, saya sering menunjukkan kepadanya beginilah kerjaan bapaknya: menulis. Ketika saya berpindah menulis dari laptop ke hape, saya juga sering memberitahu dia. Kali tahu kalau bapaknya tak suka main game di hape, kecuali main catur. Itu pun sehari paling hanya 4 atau 5 partai. Tidak lama.
Saya juga sering mengajaknya ke kantor mBesi tempat teman-teman Mojok dan Mojok Store bekerja. Dia sangat menikmati kalau berada di sana. Mungkin karena kantor itu ada banyak orang. .
Kali jarang saya ajak ke kantor nDrono, tempat Buku Mojok berkantor. Maklum, saya sendiri juga jarang ke sana. Padahal kantor itu dekat sekali dengan rumah. Paling tidak sampai 10 menit naik sepeda motor. Jaraknya hanya 2 km. Sebab kantor itu penuh tumpukan buku, sehingga kalau saya mesti rapat dengan teman-teman Buku Mojok, lebih banyak di luar.
Semalam Kali sangat menikmati bersama om-omnya yang sedang ngelembur mbungkusi paket Harbolnas dan menginput data. Dia pun memenuhi janjinya untuk makan. Habis itu mencuci sendiri peranti makannya.
Pendidikan awal yang saya kira penting bagi seorang anak adalah dia tahu apa pekerjaan orangtuanya. Penting bagi petani untuk mengajak anaknya ke sawah, peternak ayam mengajak anaknya ke kandang, aktor teater mengajak anaknya pergi ke tempat latihan, dll. Dan saya menekankan itu sejak Kali belia. Bukan agar dia menulis. Melainkan agar dia mengerti dunia yang digeluti orangtuanya.