Dua hari ini, saya dan beberapa perwakilan lembaga di KBEA melakukan pengembangan kapasitas. Sebuah lembaga, harus terus bergerak. Terkadang mundur itu lebih baik daripada berjalan di tempat. Dan jangan lelah membicarakan kebersamaan.
Tapi saya tidak mau kehilangan ‘kewajiban’ saya untuk jalan kaki. Acara yang dihelat oleh KBEA berada di sebuah villa sederhana di Pakem. Sengaja kami menyepi sejenak dari hiruk-pikuk supaya lebih bisa fokus.
Sebagaimana biasa, sehabis Subuh, saya langsung jalan kaki menuju Pasar Pakem. Ini mungkin pasar terakhir sebelum Merapi. Memang Pasar Pakem tidak sebesar Pasar Kolombo, tapi lengkap juga.
Setiap kali masuk pasar, saya menyaksikan jumah perempuan lebih besar dibanding laki-laki. Awalnya saya mengira hal itu disebabkan pembelinya rata-rata perempuan. Tapi ternyata tidak. Penjualnya pun perempuan. Belum lagi pembeli yang kemudian menjual lagi alias kulakan.
Interaksi laki-laki dan perempuan di pasar juga lebih egaliter. Mereka lebih bisa menyuarakan apa saja, tanpa basa-basi. Transaksi ekonomi dan perdagangan memang membuat orang lebih setara.
Sembari mengamati itu semua, tidak lupa saya membeli oleh-oleh jajan pasar untuk teman-teman yang masih terlelap. Murah, enak, berkualitas. Nyam-nyam!