Nama Yu Gembrot di Madiun mungkin setara dengan nama Bu Wiryo di Yogya. Pecel yang ada sejak tahun 1942 itu kini membuka semacam cabang di Yogya.
Lokasi pecel Yu Gembrot ini tidak terlalu jauh dari rumah saya, mungkin hanya 1,5 km saja. Saya sudah pernah memesan beberapa kali via aplikasi Gofood. Pagi ini, usai rutinitas jalan pagi dan Diajeng usai pulang dari mengantar sekolah Kali, kami nyengklak Nmax, werrrrr mbandhang sampai ke warung Yu Gembrot.
Kalau Anda suka pecel Madiun, tidak perlu lagi saya menjelaskan perihal rasanya. Salah satu kiblat pecel di Indonesia itu membuat semua rasa pecel Madiun tampaknya sama. Sama-sama enak. Justru karena rata-rata sama itulah, malah sulit dicandra.
Tapi yang jelas, warung Yu Gembrot ini menyediakan lauk komplet: daging, paru, limpa, lidah, telor, tempe, dll. Minumannya pun beragam ada beras kencur dan kunir asem. Kedua minuman itu sama seperti sambal pecelnya, didatangkan dari Madiun langsung.
Tempatnya pun nyaman jika dipakai andok bersama teman-teman sambil ngobrol ngalor-ngidul. Ada banyak sekali foto tokoh-tokoh yang dipajang, kira-kira untuk mengatakan bahwa ini lho para pesohor makan di sini juga. Ada Dahlan Iskan, Djaduk Ferianto, dan tentu saja Butet Kartaredjasa. Tidak ada foto Buldanul Khuri alias Kromoleo dan Ong Hari Wahyu. Padahal kedua tokoh pemerhati dan peneliti pecel itulah yang kerap memberi informasi tentan dunia pecel di Yogya.
Mari masuk ke harga. Kami tadi makan pecel dua porsi dengan paru dan lidah, teh anget dua, mendoan satu porsi, pisang goreng satu porsi, kerupuk gendar satu plastik, dan air mineral satu botol. Total habis 80 ribu pas.
Besok saya mau nyicip pecel Kediri. Setelah Nganjuk mencoba mengincar determinasi Madiun, saya kira Kediri punya peluang yang sama. Bagi yang tertarik bareng sama saya, ikut dulu jalan pagi sejam saja. Pasti saya traktir. Jangan khawatir.