Jika Anda sempat dolan di Jalan Kaliurang, sempatkanlah mampir ke Alfamart di sebelah utara gardu PLN. Alfamart yang saya maksud, di sebelah kiri jalan, bersebelahan dengan Circle K.
Bukan, maksud saya bukan mempromosikan Alfamart, tapi di halaman parkirnya, ada sebuah gerai martabak Bangka. Harganya tak terlalu mahal, rasanya enak. Bukan itu saja, kedua penjualnya masih nisbi muda usia. Pakaian mereka necis, wangi, kelimis, aura mereka optimistis. Saya suka para pekerja. Saya suka anak muda yang doyan bekerja. Gak klumbrak-klumbruk, gampang melo, mudah patah semangat. Bekerja, adalah salah satu cara menyalakan daya hidup, dan menatah karakter.
Dua hari ini, guyonan anak Jokowi atas bapaknya, bergeser ke perisakan usaha Si Anak. Urusan bapak jadi ke anak. Ujug-ujug ada saja yang mempermasalahkan usaha Si Anak yang sejak awal tak mau ikut usaha bapaknya. Di mata orang-orang tertentu, hal ini jelek. Cara pandang yang nyaris tak masuk akal.
Setahu saya, pembarep Jokowi ini sejak dulu, sebelum Jokowi jadi Gubernur DKI, tak mau melanjutkan bisnis bapaknya. Dia mau merintis usaha sendiri yang sesuai dengan gregetnya: kuliner. Maka dia membuka usaha katering makanan. Kelak usahanya ini diperluas lagi, salah satunya dengan membuka gerai martabak Makobar. Saya belum pernah mencicipi penganan kedua lini bisnis anak Jokowi ini. Tapi, mau dia anak Jokowi, mau anak Jorono, atau Jogelo, inisiatif dan keberanian berusaha macam itu layak diapresiasi.
Mungkin maunya para perisak itu, anak Jokowi disuruh jadi pebisnis yang nempel dengan kekuasaan politik bapaknya, macam duo anak salah satu Presiden kita yang bikin mobnas, atau karena gagal masuk dalam bisnis rokok lalu membikin ontran-ontran dengan membuat BPPC yang akhirnya merugikan ratusan ribu petani cengkeh di seluruh Indonesia.
Gak suka Jokowi ya gak apa-apa. Tapi kalau bisa ya gak usah merisak anak-anaknya lah…
Beberapa bulan lalu, saya mendapat pengakuan dari salah seorang pebisnis kedai kopi di Yogya. Dulu, sebelum berbisnis, di punya pandangan bahwa bisnis itu mudah asal ada modal. “Kalau dikasih modal semiliar ya saya pasti bisa bisnis.” pikirnya kala itu.
Tapi begitu menjalani bisnis sendiri, semua isi kepalanya berubah. “Dikasih modal 3 miliar pun, bisa amblas dalam kurun kurang dari setahun, jika tak punya keuletan dan mental pebisnis.”
Tiba-tiba saya ingin melihat apakah yang merisak itu bisa menggoreng martabak atau tidak. Jangan-jangan cuma pemakan riba rente, atau belas kasih orang tuanya.
——
Kepceran ini dari akun adik Si Gibran, yang nadanya tetap tenang membela kakaknya.