Dua malam lalu, ketika Andre meminta tandatangan buku ‘Cinta Lama’, bertanya kepada saya: Sampai kapan saya akan istirahat menulis buku? Dia tampaknya khawatir saya tidak akan menerbitkan buku dalam waktu lama.
Andre adalah salah satu pemilik toko buku onlen ketiga terbesar di Yogya. Nama toko buku onlennya: Warung Sastra. Warung Sastra termasuk toko buku onlen yang paling banyak menjual karya-karya saya, sehingga wajar jika kami akrab. Dia sering ngopi atau meminta tandatangan untuk buku-buku saya yang dijualnya.
Saya memang pernah bilang kepada Andre kalau akan istirahat menulis dulu. Saya kira itu hal yang wajar. Setiap orang butuh jeda. Kadang juga capek dengan profesi dan rutinitasnya. Saya juga. Setidaknya beberapa kali, mengambil jeda agak panjang. Tapi itu tidak ada hubungannya dengan menerbitkan buku. Lho kok bisa? Bisa.
Saya termasuk kategori penulis yang selalu punya cadangan naskah. Saya punya cadangan 2 naskah siap terbit, dan 1 naskah yang belum rapi (artinya belum siap ditawarkan ke pihak penerbit). Ketiganya naskah nonfiksi. Dua naskah cadangan saya ini sudah di tangan penerbit, tapi ada perjanjian khusus dengan saya: waktu penerbitannya ada di tangan saya. Jadi kalau saya bilang terbitkan di tahun depan (2021) atau mungkin tahun 2022, pihak penerbit harus terima. Ia tidak boleh menerbitkan sesuka hatinya, dan itu masuk dalam klausul perjanjian kami.
Sebetulnya, saya masih akan menerbitkan satu buku lagi di tahun ini. Semacam buku perjalanan ke China. Itu gairah saya. Sudah lama saya ingin menulis buku khusus jalan-jalan. Saya belum pernah menulis buku gagrak itu, walaupun beberapa karya saya cukup kaya dengan elemen perjalanan.
Saya sudah mempersiapkan itu dengan baik. Mau menulis apa, ke mana saja, jadwalnya bagaimana. Visa sudah beres. Tiket dan hotel sudah siap. Proses curah-ide dengan Novi Basuki yang akan menemani saya juga terus terjadi. Persiapan fisik juga siap, saya kembali jalan kaki 5-7 km sehari. Konsultasi ke dokter sudah saya lakukan (saya punya penyakit kelainan kelistrikan jantung, jadi kalau akan mengadakan perjalanan khusus harus konsultasi dengan dokter). Sampai persiapan uang 60 juta untuk modal liputan di sana—dengan asumsi kami akan mengeluarkan uang 2 juta sehari—pun saya sudah siap (itu menunjukkan bahwa penulis gagrak tertentu butuh modal finansial untuk menulis).
Tapi Tuhan berkehendak lain. Virus Corona menyerang China, juga dunia. Perjalanan batal. Apakah saya kecewa? Tidak. Usia saya hampir 43 tahun. Makin tua, hal yang saya sukai adalah saya makin sedikit merasa kecewa.
Tapi memang gairah, emosi, dan konsentrasi saya, sengaja saya cadangkan secara khusus untuk menulis buku perjalanan, dan itu yang susah ‘dibelokkan’. Saya memang tipikal penulis seperti itu. Saya tidak bisa dengan mudah mengganti gairah dan konsentrasi dengan menulis hal lain. Jadi akhirnya saya putuskan untuk istirahat menulis dulu. Sambil mencari-cari hal lain yang tantangannya serupa dengan konsep buku jalan-jalan di China.
Tapi sekali lagi, itu tidak ada hubungannya dengan menerbitkan buku. Saya punya cadangan naskah siap terbit kapan saja. Jadi Andre dan kawan-kawan reseller buku onlen, tak perlu risau. Saya masih makhluk yang butuh royalti ?