Hari ini mestinya saya rehat. Beberapa artikel yang saya baca, sebaiknya ada jeda dalam olahraga. Lima hari jeda sekali atau seminggu jeda sekali. Saya sempat memutuskan dua minggu jeda sekali. Tapi setelah saya pikir, saya kan tidak melakukan olahraga yang menyita fisik besar-besaran. Saya hanya jalan-jalan di pagi hari.
Maka saya putuskan untuk jalan saja pagi tadi. Tujuan saya adalah salah satu spot di mana Merapi terlihat dengan jelas. Dari pintu rumah saya ke spot ini membutuhkan 2480 langkah. Pas. Sesampai di sana, ternyata Merapi tak terlihat senpurna sekalipun cuaca cerah. Saya tidak menyesal karena alam ini punya cara untuk menampakkan diri. Ada miliaran variabel. Dia hadir untuk kebaikan semua, bukan untuk memenuhi hasrat perorangan seperti saya.
Saya tetap menikmatinya. Bernafas tenang dan dalam. Melangkah santai. Memanjakan mata dengan banyak hal. Jalan pagi bukan semata saya lakukan untuk melatih fisik, tapi juga menyegarkan pikiran. Menikmati detik demi detik, langkah demi langkah meditatif. Salah satu artikel yang saya baca bahkan menganjurkan seseorang yang berjalan di pagi hari untuk selalu tersenyum. Tersenyum kepada alam, orang-orang yang kita temui, tersenyum kepada diri sendiri.
Hidup tidak salamanya sejalan dengan yang kita inginkan. Begitu tidak sejalan, maka yang muncul adalah rasa kecewa dan marah. Padahal bisa jadi itu baik buat semua. Tersenyum, termasuk kepada diri sendiri adalah sebuah proses untuk melapangkan hati, bahwa semua hal baik-baik saja. Kekecewaan dan kemarahan boleh datang tapi cukup melintas saja. Tak boleh berlama-lama tinggal di hati. Sebab hati yang sering marah dan kecewa, lama-lama akan beku dan keras. Akan mudah marah pada apa saja. Mudah kecewa tanpa alasan yang jelas.
Begitu membiasakan diri tersenyum, alam raya membuka sayapnya, lalu memeluk kita dengan hangat.