Beberapa hari lalu, kepala Bulog pusing. Gula produksi masyarakat tidak terserap pasar karena kalah bersaing dengan gula impor. Hari ini, Menteri Susi bersuara keras, karena impor garam yang dilakukan pemerintah jauh berada di atas usulan dari kementeriannya.
Sudah lama saya tak habis pikir, kenapa menteri perdagangan yang sering ngaco itu, yang sering diprotes oleh banyak pihak termasuk jajaran menteri di kabinet Jokowi, tidak dievaluasi atau kalau perlu diganti.
Dan hari ini, di sebuah hotel berbintang 5 di Nusa Dua, ada konferensi tingkat Asia Pasifik yang mendesak agar FCTC diratifikasi oleh Indonesia. Salah satu isinya tentu saja menghilangkan komponen cengkeh di dalam rokok. Terus bagaimana nasib petani cengkeh? Dipakai parfum dll? Ya, tapi itu hanya menyerap 4 persen produksi cengkeh kita. Itu artinya yang 96 persen harus dibumihanguskan?
Cengkeh bukan tanaman musiman. Perlu 4 sampai 5 tahun memeliharanya agar bisa mulai belajar berbunga. Setelah itu bisa dipetik hasinya sampai usia lebih dari 70 tahun. Bahkan ada yang lewat 100 tahun.
Dua malam lalu, Pak Wayan, salah satu warga desa Munduk, menolak tanahnya disewa untuk menara provider. Saya tanya, kenapa tidak mau?
“Saya harus menebang 3 pohon cengkeh saya, sementara uang sewa menara itu cuma 150 juta. Rugi saya.”
Dia membandingkan 3 pohon cengkehnya dengan uang 150 juta. Tidak percaya? Datang saja ke Munduk.