Seharusnya, buku kecil ini saya terbitkan pada beberapa bulan lalu, ketika Kali persis naik ke kelas tiga SD. Tapi karena pandemi, dan sekian hal lain yang menyita perhatian saya, buku ini urung saya terbitkan. Nanti saja kalau situasi sudah agak longgar, begitu pikiran saya saat itu. Saya memang berusaha mendokumentasikan tumbuh-kembang Kali dalam bentuk tulisan singkat dan ringan, setidaknya menurut rencana sampai nanti Kali lulus SD. Harapan saya sederhana belaka, supaya kelak kalau Kali besar, ada yang selalu bisa menautkannya dengan masa lalunya. Karena saya seorang penulis maka tak ada yang lebih memuaskan jika tautanitu diperantarai lewat buku-buku.
Dunia Kali, buku pertama tentang Kali, menjadi magnet yang menyenangkan bagi bocah itu. Ke mana saja kami pergi, buku itu selalu dibawa Kali. Dibaca berulang kali. Dipamerkan ke entah berapa banyak orang. Kadang dia tertawa sendiri membaca kisah-kisah saat dia masih kecil. Sering pula dia bertanya kepada saya atau ibunya tentang masa lalu yang mungkin belum bisa direkam dengan baik oleh ingatannya, dengan titik berangkat dari buku Dunia Kali.
Buku Semesta Kali ini akhirnya segera saya terbitkan karena keluarga kami mengalami fase hidup baru. Ibu meninggal dunia. Tentu saja tak perlu kami ceritakan bagaimana kami merasa sangat kehilangan, dan hari-hari kami selanjutnya adalah hari-hari di mana kami mencoba mengikhlaskan kepergian Ibu.
Buku ini terbit sekaligus untuk memperingati 100 hari meninggalnya Ibu. Kelak kalau Kali sudah besar dan membaca buku ini lagi dan lagi, dia bisa ingat, ada sosok Nenek yang sangat mencintainya. Perempuan yang sangat penting bagi kehidupan kami. Sosok yang murah hati, lembut perasaannya, dan dari rahimnya, saya diperantarai untuk hadir di dunia ini. Saya ingin kenangan Kali kepada nenek yang biasa dipanggilnya dengan ‘Ati Endah’, kekal dalam kenangannya. Kenangan yang baik, semoga menerbitkan doa yang lembut dan indah. Kami kekalkan perempuan baik dan hebat itu dalam kenangan kami yang kuat dan tak mudah luntur.
Agama kami mengajarkan, jika seseorang meninggal dunia maka terputus segala amal perbuatannya, kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh. Soal sedekah jariah, saya tak ingin membicarakannya. Biarkan itu menjadi rahasia kebaikan hati Ibu langsung dengan Tuhan. Ilmu yang bermanfaat, juga tak ingin kami babar di sini. Ibu berprofesi guru. Berpuluh tahun beliau abdikan energinya untuk membagikan ilmu. Dan semoga soal anak yang saleh, sekalipun kami tidak berani mendaku soal itu, setidaknya kami terus berusaha agar menjadi orang yang baik, yang semoga juga bisa menjadi ladang kebaikan Ibu, yang senantiasa bisa beliau panen di alam kelanggengan. Dan saya berharap, jika Kali makin besar, kenangan baik tentang Ati Endah-nya makin tumbuh merimbun. Lalu doa-doa didaraskan dan dilangitkan, untuk neneknya tercinta.
File buku Semesta Kali dapat diunduh di