Sebagai manusia biasa, tentu saya sering gemas kepada Kali. Kadang juga marah. Tapi setiap habis marah, saya sering menyesal. Kemarahan saya lebih sering terjadi sebagai ekspresi kejengkelan karena misalnya saya capek atau sedang diburu satu hal terkait tugas dan pekerjaan.
Kali termasuk jago dalam bersiasat. Kadang siasat itu menjengkelkan tapi juga kadang menggelikan. Ambil contoh begini, Kali beberapa kali saat mau salat, wudu. Tapi sebetulnya dia tidak wudu. Dia hanya pura-pura membasahi muka dan tangan. Bagi orang seperti saya atau ibunya, toh sama-sama basah kenapa mesti bersiasat? Atau dia dengan ringan bilang kalau masih ada wudu (belum batal). Padahal benar tidaknya, ya siapa yang tahu?
Pernah suatu kali, di bulan Ramadan kemarin, Kali diminta ibunya salat tarawih sendirian di kamar. Dia memilih salat di kamar saya, sementara saya sedang menulis di tempat tidur, ibunya menyeterika di ruang televisi.
Awalnya saya kira biasa saja. Sepintas saya melirik dia takbir, berdiri, rukuk lalu sujud. Tapi kok lama-lama saya merasa ada yang ganjil. Saya sepintas melihat kepala Kali mecungul dari bawah, untuk ‘memantau’ saya.
Akhirnya saya pura-pura konsentrasi menulis, tapi perhatian sepenuhnya ada pada Kali. Benar. Kali berdiri. Lalu rukuk. Lalu sujud. Dan kepalanya menyembul, melihat ke arah saya. Wah ini…
Begitu dia bangun lagi, rukuk, lalu sujud, saya langsung nginguk ke arah dia sujud. Bocah itu ternyata gak sujud. Tapi tiduran dalam posisi tengkurap. Jadi, dia pura-pura salat! Supaya saya menganggap dia salat, sesekali dia berdiri dan rukuk. Asem…
Saya tungguin dia berdiri lagi. Agak lama. Begitu dia bangun, kaget. Karena saya sudah mengawasi persis di atasnya. Kali bingung.
Saya mencairkan suasana. Sambil berbisik saya bilang, “Kamu pura-pura salat ya?”
Ini cerdiknya Kali. Dia tidak menjawab. Dia langsung memeluk saya erat. Saya diciumnya. Sambil berbisik, “Bapak, plisss jangan bilang kepada Ibuk yaaa, pliiisss!”
Saya sampai bingung menjawab apa, akhirnya bilang: “Ya sudah, kamu salat lagi…”
Dalam hati, saya menahan tawa. Kok bisa Kali punya siasat seperti itu? Oalah…