Dua kali, Kali mengajak saya salat Subuh berjamaah di masjid dekat perumahan kami. Subuh adalah jam termalas saya. Bukan karena belum bangun, tapi justru karena saat hampir tidur.
Saya biasa tidur pagi. Jam 06.00 atau jam 07.00. Subuh adalah saat terakhir saya menguras energi, kadang membuat tulisan terakhir, kadang bikin analisis masalah yang dihadapi oleh lembaga-lembaga di mana saya terlibat. Tapi paling sering saya gunakan waktu antara Subuh sampai pagi untuk belajar. Saya memang sudah tidak sekolah lagi, tapi bukan berarti saya berhenti belajar.
Tapi semalas apapun ajakan Kali untuk salat Subuh, tetap saya sambut dengan gembira. Saya tidak akan menuliskan soal dimensi spiritual. Karena itu sifatnya sangat personal. Bagi saya, kebersamaan seorang anak dengan bapak, di waktu yang hening, adalah kebersamaan yang akan selalu dikenang.
Waktu saya masih sekecil Kali, karena suka memelihara ikan sungai di bak mandi, suatu malam Bapak mengajak saya mencari ikan di sungai kecil di belakang rumah kami. Pengalaman itu, mungkin tak lebih dari 5 kali kami lakukan berdua. Tapi sampai sekarang menjadi salah satu kenangan indah masa kecil saya. Atau ketika saya kelas 2 atau kelas 3 SD, diajak mencari belut di malam hari berdua dengan Bapak. Itu juga pengalaman masa kecil yang terasa begitu dekat.
Bapak saya mengajarkan banyak hal di saat kami sedang berdua seperti itu. Dan kami punya kedekatan yang agak ganjil, karena setelah saya beranjak dewasa, Bapak seperti menaruh rasa hormat kepada saya sebagai sesama laki-laki. Saya tak begitu tahu alasannya. Tapi begitulah yang saya rasakan.
Pergi ke masjid berdua di waktu Subuh, dan Kali yang biasanya malas bangun pagi yang justru mengajak saya, mungkin kegiatan yang sederhana. Tapi saya punya pengalaman masa kecil, hal sederhana seperti inilah yang terus tumbuh dalam ingatan. Kuat mengakar di dalamnya.